Oesman Sapta: Masuknya Indonesia dalam TPP Belum Final

Wakil Ketua MPR RI Oesman Sapta
Sumber :
VIVA.co.id
Bom Sarinah, Ketua MPR Nilai Aparat Tak Kecolongan
- Wakil Ketua MPR Oesman Sapta berpendapat kabar Indonesia masuk dalam Trans Pacific Partnership (TPP) masih wacana dan belum menjadi keputusan final. Masih banyak hal perlu dipertimbangkan sebelum Indonesia memutuskan bergabung dalam TPP.

Simposium Kebangsaan MPR, Mengevaluasi Proses Ketatanegaraan

"Kabar Indonesia akan bergabung dalam TPP masih angan-angan. Namanya juga usaha," kata Oesman Sapta usai berbicara dalam seminar nasional Public Action 2015 bertema "Kesiapan Daerah Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN atau ASEAN Community" di Auditorium Magister Manajemen Universitas Gajah Mada di Jogjakarta, Kamis 5 Nopember 2015.
Wakil Ketua MPR: Indonesia Dipandang Penting oleh Qatar


Dalam kunjungan ke Amerika Serikat, beberapa waktu lalu, kepada Presiden Amerika Serikat Obama, Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia berniat bergabung dalam Trans Pacific Partnership (TPP).


TPP adalah kerjasama perdagangan di antara negara Asia Pacific di antaranya Amerika Serikat, Australia, Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia dan lain-lain. AS sudah beberapa kali merayu Indonesia untuk bergabung dalam TPP.


Namun, tawaran bergabung dalam TPP pernah ditolak pemerintahan semasa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dalam pertemuan di Bali beberapa waktu lalu, Hillary Clinton juga merayu kembali agar Indonesia bergabung dalam TPP. Barulah dalam pertemuan dengan Obama, Presiden Jokowi mengisyaratkan Indonesia akan bergabung dalam TPP.


Oesman Sapta menegaskan belum bersikap setuju atau tidak setuju dengan rencana Indonesia bergabung dalam TPP. "Saya tidak bisa mengatakan setuju atau tidak setuju. Sebab, ada suatu situasi ekonomi yang perlu kita pikirkan sebelum memutuskan bergabung dengan TPP," jelasnya.


Oesman menambahkan bahwa isyarat Presiden Jokowi kepada Presiden Obama bahwa Indonesia bergabung dalam TPP belum menjadi sebuah keputusan. "Menurut saya itu (bergabungnya Indonesia dalam TPP) belum final," ujarnya.


Hal yang berbeda dalam soal MEA. Oesman menegaskan bahwa Indonesia belum siap memasuki pasar bebas ASEAN yang mulai berlaku pada akhir 2015 ini. "Tidak berarti saya menolak pasar bebas ASEAN. Kita memang belum siap," ujarnya.


Oesman mengkhawatirkan dalam MEA itu Indonesia hanya menjadi pasar bagi negara-negara ASEAN lainnya. "Karena penduduk kita paling besar di ASEAN. Penduduk negara lain paling banyak 20 juta orang. Penduduk Indonesia 250 juta. Kenapa kita harus memikirkan pasar ASEAN," ujarnya.


Menurut Oesman, Indonesia harus menguasai pasar dalam negeri terlebih dahulu. "Kita penuhi pasar dalam negeri lebih dulu. Baru kita lempar produksi dalam negeri ke luar. Kita saja belum menguasai pasar dalam negeri," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya