Sumber :
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyiapkan fasilitas lain untuk membantu pembiayaan rumah murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Subsidi Selisih Bunga (SSB) jadi solusi, setelah habisnya dana Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang menggunakan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak Rp5,1 triliun pada akhir Juli 2015.
Direktur Perencanaan Pembiayaan Perumahan, Ditjen Pembiayaan Perumahan, Poltak Sibeua, mengatakan fasilitas SSB kurang lebih sama dengan KPR FLPP, yang menjamin bahwa bunga KPR bagi konsumen tetap lima persen.
Baca Juga :
Hindari Hal Ini Ketika Beli Rumah Pertama Kali
Ada pun, sumber pendanaannya akan memanfaatkan dana operasional Pusat Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (P2DPP) sebesar Rp57,51 miliar
Baca Juga :
Beli Rumah Impian Meski Penghasilan Terbatas
"Supaya konsumen tetap dibebankan dengan bunga lima persen, selisih bunga pasar itu yang akan disubsidi oleh pemerintah," ujar Poltak kepada VIVA.co.id, Rabu 11 November 2015.
Ia mencontohkan, jika bunga kredit di pasar yang berlaku adalah 13 persen, sebesar delapan persen akan disubsidi oleh pemerintah, sehingga masyarakat MBR tetap menikmati bunga kredit yang dibebankan sebesar lima persen.
"Yang disubsidi pemerintah, yaitu selisih bunga pasar dengan yang dibebankan kepada masyarakat," kata dia.
Menurut dia, dengan SSB, MBR tetap bisa mendapatkan kemudahan uang muka satu persen dan bunga pinjaman tetap persen. "Bunga pinjamannya tetap lima persen, sama dengan yang FLPP juga," kata dia.
Ada pun perbedaan KPR FLPP dengan SSB, lanjutnya, adalah dana yang digunakan bersumber dari bantuan perbankan, salah satu perbankan yang bekerja sama dengan pemerintah adalah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN).
"Kalau FLPP itu kan, 90 persen dari dana pemerintah dan 10 persen dana bank yang disalurkan dari KPR. Nah, kalau yang SSB ini 100 persen dananya adalah dari dana bank," kata dia. (asp)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Ia mencontohkan, jika bunga kredit di pasar yang berlaku adalah 13 persen, sebesar delapan persen akan disubsidi oleh pemerintah, sehingga masyarakat MBR tetap menikmati bunga kredit yang dibebankan sebesar lima persen.
