- Rintan Puspitasari - VIVA.co.id
VIVA.co.id - Kehadiran festival film sering dikaitkan dengan adanya kompetisi film pendek. Hal itulah yang terjadi dalam Festival Sinema Prancis 2015. Festival yang diselenggarakan Institut Francais d'Indonesie (IFI) memberikan kesempatan sineas muda Indonesia untu berkreasi dan membuat karya bermutu.
Festival Sinema Prancis mulai mengadakan kompetisi film pendek ini sejak tahun 2012 lalu. "Dahulu salah satu ide yang muncul adalah membuat co-production Prancis dan Indonesia, kemudian ide lainnya adalah membuat film pendek," kata salah satu juri Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis, Dimas Jayasrana di Institut Francais d'Indonesie, Jakarta Pusat, Kamis, 12 November 2015.
Tahun ini terdapat 183 film yang terdaftar. Dengan rincian 127 film dibuat tahun 2015, 48 film dibuat tahun 2014, dan 11 film dibuat tahun 2013. Komposisi film yang masuk adalah 20 persen film dokumenter, 10 persen film animasi dan 70 persen bertema fiksi.
Dari 183 film yang masuk, telah terpilih delapan film pendek yang akan ditayangkan sebagai pembuka film-film Prancis yang akan diputar di sembilan bioskop jaringan XXI/21 yaitu Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makasar dan Balikpapan.
Hal yang mengejutkan adalah kedelapan film pendek yang rata-rata berdurasi empat hingga 15 menit ini akan diputar di bioskop dalam format DCP atau Digital Cinema Package. Format ini biasanya akan membuat resolusi gambar yang tidak sesuai hingga permasalahan suara. Namun hal tersebut sama sekali tidak ditemukan pada delapan film terpilih.
"Suara dan gambar tetap dalam kualitas yang baik," ungkap Dimas.
Finalis delapan film pendek yang telah terpilih antara lain berjudul Bid &Run, Iblis Jalanan, Return to Sender, Sandekala, Iman, Simbiosis, Sleept Tight Maria dan The Taste of Fences.
