Gus Irawan Pasaribu: Pertumbuhan Ekonomi Tidak Maksimal

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA.co.id
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
- BPS mengumumkan pada kuartal III-2015 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,73 persen (year on year, YoY) 4,67 persen. Meskipun lebih baik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III-2015 tersebut masih dibawah laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2014 sebesar 5,01 persen.

Komisi VII Dukung Upaya Pemerintah Perkuat Pertamina

Wakil Ketua Komisi XI DPR RI dari Fraksi Gerindra, Gus Irawan Pasaribu, berpendapat realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2015 tersebut tidak maksimal.
Pimpinan DPR Nilai Sudah Cukup Bukti Jadikan Ahok Tersangka


“Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2015 tidak maksimal dan masih di bawah ekspektasi masyarakat”, kata Gus Irawan dalam keterangan persnya. Presiden Joko Widodo pernah  menjanjikan pada kuartal III-2015 laju realisasi belanja negara akan tumbuh signifikan, sehingga ekspektasinya adalah laju pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2015 pun akan signifikan sejalan dengan realisasi belanja negara,” ujarnya, Rabu 18 November 2015.

“Nah, kalau dengan laju pertumbuhan ekonomi hanya 4,73 persen, saya berpendapat itu belum maksimal. Dan berarti ada sesuatu yang tidak tepat dalam realisasi pada APBN 2015”, jelas Gus Irawan.


Gus Irawan menjelaskan sesuatu yang tidak tepat tersebut adalah terkait dengan kualitas belanja negara dan realisasi penerimaan negara, terutama perpajakan.


“Kalau saya perhatikan, pada kuartal III-2015 yang tumbuh signifikan itu hanya sisi pengeluaran pemerintah (government spending), yaitu tumbuh 6,56 persen”, kata Gus Irawan.


Sayangnya, kata Gus Irawan, kontribusi pengeluaran pemerintah sebagai pembentuk PDB kecil. “Peran pengeluaran pemerintah hanya sekitar 10 persen dari PDB”, ucapnya.


“Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang memegang porsi tertinggi pada PDB kita, yaitu sekitar 55 persen, justru pertumbuhannya menurun dibanding kuartal III-2014”, tutur Gus Irawan.


Mengutip data dari BPS, Gus Irawan menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,96 persen, lebih rendah dibandingkan kuartal III-2014 sebesar 5,44 persen.


“Laju pertumbuhan sisi investasi juga lemah”, kata Gus Irawan.


Kata Gus Irawan, laju pertumbuhan investasi pada kuartal III-2015 mencapai 4,62 persen hanya sedikit lebih tinggi dibanding kuartal III-2014 sebesar 4,02 persen. Padahal,  menurutnya, komponen investasi ini memiliki peran yang cukup tinggi sebagai pembentuk PDB yaitu sekitar 32 persen.


“Kualitas belanja negara kita rendah. Itu yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi kita tidak maksimal”, pungkas Gus Irawan.

“Sebab, kalau kita lihat data realisasi belanja negara sampai dengan 5 November 2015, pos belanja yang memiliki realisasi terbesar justru pos-pos yang multiplier effect-nya bagi perekonomian rendah, seperti belanja pegawai dan Bansos”, kata Gus Irawan lebih lanjut.


Sementara itu, menurut Gus Irawan, realisasi belanja modal baru mencapai 39 persen. Padahal, pos belanja modal memiliki daya ungkit yang tinggi bagi pertumbuhan ekonomi.


Dalam keterangan persnya, Gus Irawan menjelaskan bahwa rendahnya kualitas belanja negara tersebut ada hubungannya dengan rendahnya realisasi penerimaan negara, khususnya perpajakan.


“Hingga 5 November 2015, realisasi penerimaan negara mencapai 63 persen dari targetnya Rp1.761,6 triliun”, kata Gus Irawan.


“Karena pemerintah ingin tetap menjaga agar besaran defisit APBN tetap terjaga, di tengah rendahnya realisasi penerimaan negara tersebut yang dikorbankan adalah belanja negara yang sifatnya manageable, seperti belanja modal”, kata Gus Irawan lebih jauh menjelaskan. Belanja modal baru 39 persen,” pungkas Gus Irawan. Padahal, menurut Gus Irawan, pos-pos belanja yang tertunda tersebut memiliki daya ungkit dan peran yang penting dalam mendongkrak laju investasi, khususnya investasi pemerintah dan investasi swasta yang melibatkan proyek pemerintah.


“Nah, dengan struktur belanja negara seperti ini, ya wajar bila pertumbuhan ekonomi kita tidak maksimal”, tegas Gus Irawan.


Sehubungan dengan hal tersebut, Gus Irawan meminta agar target penerimaan perpajakan dikejar agar belanja modal dapat ditingkatkan.


Insentif penghasilan yang telah diberikan kepada aparat perpajakan harus ditinjau ulang bila ternyata gagal memenuhi target penerimaan perpajakan. Pemerintah juga diminta untuk menjaga daya beli masyarakat. Rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga menunjukkan bahwa daya beli masyarakat belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan.


Pemerintah diminta memikirkan untuk menciptakan insentif fiskal bagi peningkatan daya beli masyarakat tersebut, khususnya bagi kelompok masyarakat kelas menengah dan kecil.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya