Perizinan Berbelit, Investor Jaringan Kabel Laut Hengkang

Kabel komunikasi bawah laut
Sumber :
  • http://www.mobgenic.com
VIVA.co.id
Aprindo: Pusat Belanja dan Mal Buka Seperti Biasa
- Proses perizinan yang memakan waktu lama, terutama pemasangan dan perawatan kabel bawah laut, membuat banyak pengusaha dan investor mengalihan investasinya ke luar negeri, seperti Singapura atau Malaysia. Bahkan, ada beberapa perusahaan yang dulu berinvestasi hengkang dari dalam negeri. 

Minat Investasi Tak Terpengaruh Aksi Demo 4 November
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Kemenko Kemaritiman, Arif Havas Oegroseno, mengilustrasikan, jangankan mendapatkan izin investasi baru, untuk pemeliharaannya pun membutuhkan waktu berbulan-bulan. 

Bank Mandiri Jadi Penyalur Investasi Asing ke Daerah
"Untuk mendapatkan izin pemasangan atau pemeliharaan kabel bawah laut di Indonesia bisa berbulan-bulan. Hal ini berbeda dengan negara di Singapura yang butuh waktu hanya 3-8 hari, di Malaysia delapan hari, dan Finlandia hanya satu hari izin tersebut keluar," kata Arif di Yogyakarta, Rabu 18 November 2015.

Dalam era digital seperti saat ini, pemasangan kabel bawah laut sangat mendesak dilakukan, karena akan mendukung perekonomian Indonesia. Apalagi, sebentar lagi Indonesia akan masuk dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Jika perizinan tidak segera dibenahi, Indonesia akan tertinggal dari negara lain.

"Untuk mengoneksikan daerah satu dengan yang lain dengan luasan Indonesia maka pemasangan kabel laut adalah solusinya," ujarnya.

Arif mengklaim, pusat data telekomunikasi sepuluh tahun yang lalu berada di Indonesia. Namun, karena tidak adanya reformasi dalam pengurusan perizinan, pusat data saat ini berpindah ke Singapura, bahkan dalam waktu dekat akan beralih ke Malaysia. 

"Mereka melihat Indonesia terlalu lama (proses perizinan), sehingga sedikit investasi yang masuk, hampir semua investor beralih ke Singapura dan Malaysia," tuturnya.

Arif mengakui, selama ini para pembuat kebijakan belum sadar tentang pentingnya kabel bawah laut dalam meningkatkan pemerataan konektivitas antardaerah. 

"98 persen komunikasi suara dan data semua lewat kabel bawah laut," katanya.

Tidak hanya itu, kesalahan persepsi di masyarakat yang masih menganggap kabel bawah laut terbuat dari tembaga, membuat pencurian masih terus terjadi. Seperti yang terjadi di Natuna, Kepulauan Riau, di mana kabel bawah laut sepanjang 31 kilometer dicuri dan membuat jaringan telekomunikasi salah satu operator terganggu. 

"Begitu dicuri lalu dipotong, akhirnya nggak bisa dijual," paparnya.

toko di pasar Senen

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi

Hanya fenomena politik jelang pilkada.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016