Sumber :
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA.co.id - Harga emas menguat setelah mengalami tekanan selama enam tahun.
Baca Juga :
Mau Jual Emas? Harganya Naik Hari Ini
Penguatan terjadi setelah Bank Sentral AS, The Fed, mengeluarkan rilis hasil pertemuan Oktober lalu yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekadi pada Desember nanti.
"Hasil pertemuan Oktober menunjukkan rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga sudah terlihat," kata Tai Wong, Direktur Dasar dan Perdagangan Logam Mulia BMO Capital Markets di New York, seperti dikutip dari Reuters, Kamis 19 November 2015.
Harga emas naik 0,1 persen menjadi US$1.070,70 per ons, setelah sebelumnya jatuh ke US$1.064,95 terendah sejak Februari 2010. Emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik 10 sen menjadi US$1.068,70 per ons.
Baca Juga :
Harga Emas Stabil di Tengah Pelemahan Dolar
Sementara harga perak turun 0,5 persen menjadi US$14,11 per ons, setelah sebelumnya turun ke level terendah 2-1 / 2-bulan di US$13,99 per ons.
"Pasar fokus pada kenaikan suku bunga di Desember dan posisi di emas telah menjadi sangat bearish di pasar berjangka," kata analis Julius Baer Carsten Menke sebelum rilis dari The Fed.
Emas Domestik
Di dalam negeri, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) masih bertahan di level Rp549 ribu per gram.
Sementara itu, untuk harga pembelian kembali (buyback) naik Rp2.000 dari Rp471 ribu per gram menjadi Rp473 ribu per gram.
Berikut, daftar harga emas Antam berdasarkan pecahan terkecil hingga terbesar dikutip dari laman logam mulia.
Harga emas logam lima gram dijual di Rp2.600.000, 10 gram Rp5,150 juta, 25 gram Rp12.800.000, 50 gram Rp25,550 juta, 100 gram Rp51,050 juta, 250 gram Rp127,500 juta, dan 500 gram Rp254,8 juta.
Semua ukuran emas tersedia hari ini. Pembelian emas secara langsung di kantor Antam, dibatasi hingga 150 nomor antrean.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Pasar fokus pada kenaikan suku bunga di Desember dan posisi di emas telah menjadi sangat bearish di pasar berjangka," kata analis Julius Baer Carsten Menke sebelum rilis dari The Fed.