Kupas Rajungan Bisa Raup Puluhan Juta Rupiah per Bulan

Rajungan
Sumber :

VIVA.co.id - Sangwar, alias Awang, pria asal Dusun satu Desa Warduwur RT.002/01 Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat  berwirausaha pengupasan rajungan dan kepiting. Omset yang dihasilkan setiap bulannya bisa mencapai puluhan juta rupiah.

Tips Sukses Bisnis Pencucian Mobil dan Motor

Berawal dari rasa keprihatinan pada kehidupan para nelayan, hasil tangkapan mereka sebatas bisa dijual di pinggir jalan sepanjang jalur pantura Cirebon. Awang kemudian mencoba membantu para nelayan dengan menampung hasil tangkapannya yaitu rajungan.

Secara umum morfologi rajungan berbeda dengan kepiting bakau, di mana rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya.
Kiat Jadi Pengusaha Sukses ala Zaskia Adya Mecca
 
Duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan tidak dapat hidup pada kondisi tanpa air. Dengan melihat warna dari karapas dan jumlah duri pada karapasnya, maka dengan mudah dapat dibedakan dengan kepiting bakau (Kasry, 1996). 
Bos Sido Muncul: Pintar Bukan Jaminan Bisa Sukses
 
"Berbeda dengan kepiting , kepiting rajungan hanya bertahan hidup di darat kurang lebih satu jam. Sesudah itu mati dan basi. Makanya saya dorong untuk dikelola. Rajungan ini kemudian dikupas diambil dagingnya dan dipasarkan ke pabrik-pabrik dalam skala besar, supaya punya nilai tambah," ujar Ketua Komunitas Usaha Cirebon Entrepreneur ini kepada VIVA.co.id, Selasa 24 November 2015. 
 
Berkat usahanya,  rajungan Cirebon, kini tidak hanya dipasarkan di kota berjuluk kota Wali ini. Tapi sudah diproses di beberapa daerah besar lainnya dan telah memiliki pasar sendiri.

"Selain di Cirebon, daging rajungan yang dihasilkan dijual juga ke pabrik-pabrik di daerah Pemalang dan Surabaya, kemudian di ekspor ke luar negeri," terang Awang.
 
Dalam menjalankan usaha pengupasan rajungan ini, Awang dibantu sekitar 29 karyawannya, di samping juga melibatkan masyarakat sekitar, termasuk para kaum ibu. Aset yang dimiliki, selain lahan operasional, yaitu tiga perahu dengan nilai aset lebih dari Rp80 juta, yang dikelola sembilan nelayan binaannya.
 
"Omset kami rata-rata mencapai Rp4-5 juta rupiah per-hari. Prinsipnya kami memberdayakan masyarakat sekitar, terutama kaum ibu. Sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan tambahan. Membantu suami mereka yang sebagian besar adalah nelayan," katanya.
 
Menariknya, Awang tidak hanya berpikir bisnis semata. Menurut Awang, anak-anak yang ditinggal ibunya bekerja rentan terbengkalai dan kurang perhatian, termasuk menyangkut pendidikan. Karena itu, dia mendirikan sekolah non-formal tingkat di tingkat PAUD dan TK. Semua fasilitas gratis, tanpa dipungut biaya sepeser pun.  
 
"Saya juga sedang merintis lembaga pendidikan dan pelatihan bagi nelayan agar kemampuan mereka berkembang dan taraf ekonominya meningkat. Dari
keuntungan selama ini, 10 persen saya sisihkan untuk mengembangkan sekolah dan lembaga pelatihan ini," ujar pria kelahiran Cirebon, 13 Agustus 1986 ini.
 
Saat ini, ia terpilih sebagai juara satu lomba wirausaha muda pemula berprestasi tingkat nasional 2015, kategori perikanan dan kelautan, yang diselenggarakan Kementerian pemuda dan olah raga.
 
Ia dinilai berhasil mengembangkan usaha yang dapat menampung ratusan tenaga kerja. Tidak hanya itu, Awang juga dinilai berhasil mengembangkan empati dan menyadari peranan individualnya di tengah lingkungan sosial yang sebagian besar adalah nelayan miskin.  
 
"Penghargaan ini bukan hanya untuk saya. Tapi penghargaan bagi semua yang ikut berporses di dalamnya. Terutama para nelayan yang selama ini telah bekerja keras untuk keluarga dalam rangka mempertahankan hidup," ujarnya.
 
Hadiah uang tunai Rp50 juta  dari Kemenpora, kata Awang, digunakan membeli perahu.

"Dengan menambah jumlah perahu, maka hasil tangkapan Rajungan bisa lebih besar. Mudah-mudahan hal ini dapat mewujudkan impian saya menjadi eksportir daging Rajungan sendiri. Bukan sekedar menjadi supplier seperti saat ini," kata Awang. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya