Gubernur BI: 2015, Tahun Tantangan Perekonomian Indonesia

Presiden SBY Terima Gubernur BI & Ketua Dewan Komisioner OJK
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id - Bank Indonesia (BI) mengklaim, tahun ini merupakan tahun yang penuh tantangan dan ujian bagi perekonomian Indonesia. Tekanan terhadap stabilitas ekonomi pun dirasa begitu kuat dan muncul dari segala arah.

"Seakan-akan (tekanan ini) sebagai sebuah dimensi konstan yang terus-menerus mengikuti langkah kita," kata Gubernur BI Agus Martowardojo, dalam "Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2015" di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Selasa, 24 November 2015.

Agus mengatakan, tekanan ini telah mengaburkan kinerja positif yang telah dicapai, seperti inflasi yang terkendali, turunnya defisit berjalan, dan langkah struktural reformasi subsidi BBM.

Harapan BI dari Penerapan 7 Days Repo Rate

"Perkembangan dan langkah yang sesungguhnya positif dan dipandang akan meningkatkan resiliensi perekonomian Indonesia oleh investor global dan lembaga pemeringkat internasional," kata dia.

Mantan menteri keuangan ini mengatakan, berbagai tekanan yang dihadapi Indonesia tidak terlepas dari berbagai pergeseran fundamental dalam perekonomian dunia.

Perubahan konstelasi kebijakan ekonomi di negara maju dan berkembang pun turut menjadi penyebabnya. Tak hanya itu, ada tiga variabel yang mempengaruhi pergerakan ekonomi dunia, yaitu pertumbuhan ekonomi, harga komoditas, dan aliran modal ke negara berkembang.

"(Ketiganya) bergerak ke arah yang berbeda pasca krisis keuangan global tahun 2008. Arah pergerakan inilah yang kemudian mewarnai dinamika ekonomi negara-negara berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia," kata dia.

Mantan pimpinan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, ini mengatakan perekonomian Tiongkok yang melambat di bawah 7 persen membawa pengaruh terhadap merosotnya harga komoditas di pasar global.

Aliran Dana Asing ke RI Tembus Rp130 Triliun

Lesunya harga komoditas pun menjadi tekanan bagi negara-negara berkembang yang mengandalkan komoditas sumber daya alam. Misalnya, Rusia dan Brazil yang berbasis komoditas, pun terdampak. Kini, keduanya tengah memasuki resesi ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2015 pun diperkirakan menurun menjadi 3,1 persen dari yang sebelumnya mencapai 3,4 persen pada 2014," kata dia.

Rencana normalisasi suku bunga acuan The Federal Reserve (Fed Funds Rate) pun menekan perekonomian global. Tekanan ini pun semakin bertambah tatkala otoritas moneter Tiongkok melakukan devaluasi mata uang Yuan pada Agustus 2015. Devaluasi ini pun memicu gejolak di pasar keuangan global.

"Kesemuanya itu menyebabkan arus modal asing ke negara berkembang, menurun drastis, termasuk ke Indonesia dan menurunkan pasokan valuta asing secara signifikan. Kami mencatat bahwa sepanjang tahun 2015 telah terjadi beberapa pembalikan modal asing yang menekan hampir seluruh mata uang, termasuk rupiah," kata dia.

Yamaha di Indonesia Motorcycle Show 2014

BI Tak Akan Perlonggar Uang Muka Kredit Motor

DP 20-25 persen sudah cukup rendah.

img_title
VIVA.co.id
8 Agustus 2016