Sumber :
- ANTARA/ Wahyu Putro A
VIVA.co.id
- Bank Indonesia (BI) mencermati beberapa tantangan global yang akan dihadapi Indonesia. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga
Federal Reserve
(Fed
funds rate
)
"Sudah dikatakan kondisi Fed rate itu memang akan naik dalam waktu dekat," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo, di Jakarta, Kamis malam, 26 November 2015.
Agus mengatakan, bahwa selama tujuh tahun, suku bunga The Fed mendekati 0 persen. Selama tujuh tahun itu pula, bank sentral ini menggelontorkan dana US$3,5 triliun ke seluruh dunia, termasuk negara berkembang, dengan suku bunga yang rendah.
Perekonomian Amerika Serikat yang mulai membaik ini membuat The Fed berencana menaikkan suku bunganya. Dolar AS pun akan 'pulang kampung' dan negara-negara berkembang akan terkena dampaknya.
"Sekarang kita sadar Fed rate akan naik karena pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perbaikan," kata Agus.
Hal kedua yang perlu diwaspadai adalah perekonomian Tiongkok. Indonesia akan terkena dampak pelemahan ekonomi Tiongkok. Hal ini disebabkan karena Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor komoditas Indonesia.
"Kita tahu kedekatan Tiongkok dengan negara berkembang itu tinggi. Ada risiko, kalau pertumbuhan ekonomi Tiongkok turun 1 persen, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkoreksi 0,4-0,6 persen," kata dia.
Yang ketiga adalah lesunya harga komoditas. Pelemahan harga komoditas ini membuat nilai ekspor Indonesia turun dan menyebabkan neraca transaksi berjalan selama tiga tahun mengalami defisit.
Agus memperkirakan, lemahnya harga komoditas masih akan berlanjut hingga tahun depan.
Baca Juga :
Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop
"Tahun 2015 kami perkirakan harga komoditas turun rata-rata 11 persen, ternyata 15 persen. Pada 2016, kami memperkirakan harganya turun lima persen," kata mantan menteri keuangan itu. (ase)
Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
Hanya fenomena politik jelang pilkada.
VIVA.co.id
4 November 2016
Baca Juga :
