RI, Malaysia, Thailand Sepakat Bentuk Bursa Karet Regional

Mantan Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong (tengah)
Sumber :
  • VIVA.co.id/Arie Dwi Budiawati

VIVA.co.id - Indonesia, Malaysia, dan Thailand, sepakat untuk membentuk bursa karet regional. Pembentukan pasar ini bertujuan untuk mengontrol harga karet sehingga tidak terlalu jatuh.

"Mudah-mudahan inisiatif ini bisa membentuk pasar karet," kata Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong dalam konferensi pers "International Tripartite Rubber Committee (ITRC) Ministerial Committee Meeting 2015" di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Kamis 3 Desember 2015.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional dari Kementerian Perdagangan, Bachrul Chairi, mengatakan bahwa ada dua tahap pembentukan pasar regional ini. Pertama, tiga negara tersebut membuat suatu publikasi harga pasar regional untuk karet dan diinformasikan secara rutin.

Yang kedua, Thailand, Indonesia, dan Malaysia sama-sama mempersiapkan platform elektronik yang berisi informasi perdagangan. Diharapkan dengan adanya platform yang sama-sama digunakan oleh ketiga negara ini, penyampaian informasi tentang harga karet bisa terpusat.

Bachrul menargetkan pasar ini berlaku efektif pada pertengahan tahun depan.

"Dengan adanya platform pada Juni 2016," kata dia.

Bachrul mengatakan upaya ini bertujuan untuk mengerek harga karet yang saat ini mencapai US$1,2 per kilo gram. Dikatakan harga ini tak memberikan keuntungan bagi petani karet. Petani ingin agar harga karet bisa kembali tinggi.

Bahas Produksi Lada, Enam Negara Duduk Bareng

Dicontohkan bahwa harga karet pernah mencapai harga tinggi angka US$4,9 per kg pada tahun 2012.

Karet dalam proyek infrastruktur

Selain itu Indonesia ingin meniru langkah Thailand dan Malaysia dalam mencampur karet dalam proyek infrastruktur. Langkah ini merupakan upaya untuk menggenjot penyerapan karet domestik.

"Kami ingin karet bisa digunakan untuk jalan-jalan baru, misalnya karet dicampur di aspalnya," kata Bachrul Chairi.

Berkaca pada Thailand, dia mengatakan, jalan-jalan di sana menggunakan aspal yang telah bercampur karet. Harganya lebih mahal 20 persen daripada aspal biasa.

Tak hanya itu, Bachrul mengatakan, bahkan stadion bola di Thailand turut menggunakan karet sebagai mayoritas bahan baku bangunannya. Karena itulah, pemerintah ingin agar penggunaan karet dalam proyek infrastruktur bisa digalakkan. (ren)

petani tembakau

RI Tolak Kebijakan Kemasan Rokok Tanpa Merek di Australia

Hal tersebut melemahkan daya saing industri nasional.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016