Kisah Sarjana Akuntansi Jadi Penjual Kopi

Semerbak Coffee
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Dody Handoko

VIVA.co.id - Meski berlatar pendidikan sarjana akuntansi dari perguruan tinggi di Semarang, semangat Iwan Agustian untuk berbisnis tak pernah mati. Kesuksesannya di dunia bisnis, karena kecintaannya pada bidang tersebut.

Nenek 99 Tahun Masih Aktif Jadi Instruktur Aerobik

Dunia bisnis memang tidak asing lagi baginya. Sejak kecil ia sudah bersentuhan langsung.
 
Di sekolah dasar ia sudah mencoba bisnis dengan menyewakan komik-komik kepada teman-temannya. Menginjak sekolah menengah pertama, lagi-lagi ia menjadi makelar kaus dan jaket pesanan yang langsung didatangkan dari Bandung.
 
Sampai di bangku kuliah, ia pun tak segan-segan berbisnis memasarkan kartu diskon sebuah perusahaan ternama. Walhasil, otak bisnisnya semakin terasah.
 
Pria kelahiran Bandung, Agustus 1969 ini, pada 1991 mengawali kariernya di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Pada 1998, ia mengalami PHK yang saat itu sempat membuatnya depresi.
 
Namun, musibah itu tidak membuatnya patah arang. Pada tahun yang sama, ia mulai mencoba peruntungan di bisnis jual beli ponsel. Lalu, sebagai pemasok  kebutuhan ATK dan membuka usaha rental PS.
 
Semuanya membuatnya rugi hingga mencapai lebih dari Rp100 juta. Begitu pun ketika mencoba usaha menjadi penjual bakso, empat buah outletnya gulung tikar. Harga kerugian per outletnya saja mencapai Rp30 juta.
 
Menginjak tahun 2000, Iwan menjadi seorang sales pakaian dalam. Tak tanggung-tanggung, hampir 4 tahun ia menjalaninya. Ketika ia mengundurkan diri, jabatannya sudah menjadi asisten manajer.
 
“Saya pikir waktu itu sebagai ajang pembelajaran menjadi seorang pebisnis,’’ ungkap bapak beranak tiga ini.
 
Prinsip hidupnya yang tidak suka menjadi pegawai gajian, karena tidak mempunyai kebebasan waktu untuk melakukan bermacam aktivitas, membuatnya mantap untuk berkecimpung di dunia bisnis.
 
Ide bisnisnya sekarang menghampiri ketika nongkrong di sebuah outlet kopi yang menggunakan brand luar negeri yang banyak berdiri di mal-mal. Muncullah inspirasi untuk membuat kopi berbagai rasa dengan cita rasa tinggi yang dikemas dengan menarik, tapi dengan harga yang cukup terjangkau untuk semua lapisan masyarakat.
 
"Peluang bisnis selalu ada di mana saja, tergantung bagaimana kita jeli untuk menangkap peluang tersebut," ungkap pria yang hobi travelling ini.
 
Ide awalnya pun sederhana, agar semua masyarakat dari semua kalangan, dapat menikmati sajian kopi dengan aroma yang khas dan dapat dinikmati tanpa merogoh kocek terlalu dalam. Tapi, soal rasa tidak jauh berbeda dengan brand luar negeri.
 
“Walaupun saya bukan pencinta kopi, tapi pada waktu itu saya berpikir kopi itu bersifat universal. Sepanjang zaman. Tidak hanya untuk orang dewasa, tapi anak-anak pun bisa menikmatinya, laki-laki dan perempuan, kapan pun dan di mana pun,’’ ujarnya.
 
Dengan persiapan yang sangat singkat, sekitar dua sampai tiga pekan, dibuatlah perencanaan sebaik mungkin. Pada mulanya sempat menggunakan brand "Growth Bucks" tapi setelah melalui proses yang cukup panjang, muncullah brand "Semerbak Coffee", dengan mempertimbangan bahwa kopi ini aromanya harum semerbak. Hal itu dijadikan sebuah identitas yang jelas bahwa semerbak kopi ini adalah produk lokal.
 
Baru tiga tahun berjalan, karena dikelola dengan baik, bisnis franchise ini pun sudah banyak dibidik calon pengusaha, yang ingin mencoba berwirausaha dengan hasil yang menjanjikan, tetapi mudah dalam urusan manajemennya.
 
Maka tak heran jika bisnis ini kini sudah membentang dari Sabang sampai Merauke. Hampir setiap daerah di Indonesia sudah membuka outlet dengan brand "Semerbak Coffee".

Mencuci mobil.

Tips Sukses Bisnis Pencucian Mobil dan Motor

Tidak hanya modal yang dibutuhkan.

img_title
VIVA.co.id
10 Agustus 2016