Peneliti Ingin Temukan Gen Terkait Aksi Terorisme

Tragedi Paris
Sumber :
  • Reuters

VIVA.co.id - Peneliti makin serius untuk menemukan apakah ada hubungan antara gen yang dikaitkan psikologi dan psikologi otak yang mendorong munculnya aksi teror.

Studi tentang gen yang berkaitan dengan terorisme sudah dilakukan sejak lama oleh peneliti. Salah satu yang memicu studi di area ini adalah aksi serangan 9 September di Amerika Serikat.

Bertemu Menteri Australia, Yasonna Bahas Soal Terorisme

Namun, sayangnya, sejauh ini studi riset peneliti belum menemukan bukti yang meyakinkan hubungan antara gen dan sifat teror.

Untuk itu, dikutip dari International Business Times, Jumat 11 Desember 2015, peneliti masih penasaran dengan hubungan tersebut.

Menurut laporan Pew Research Center, saat ini telah terjadi penurunan kekerasan dengan menggunakan senjata dalam 20 tahun terakhir. Tapi, di sisi lain, laporan itu menuliskan, terjadi peningkatan radikalisasi dan penyebaran terorisme dalam beberapa tahun terakhir.

Meningkatnya aksi teror kemudian mendorong bertumbuhnya ketertarikan studi spesifik yang mempelajari hubungan antara gen dan aktivitas teror seperti bom bunuh diri, penembakan dan pembajakan di udara.

Sejauh ini, peneliti Swedia yang dilaporkan The Telegraph, mereka telah menemukan dua gen, yaitu monoamine oxidase (MAOA) and cadherin 13, yang bermutasi. Kedua gen itu dikatakan peneliti punya kaitan dengan kekerasan, termasuk perilaku mematikan.

Konteks studi itu adalah hasil dari studi terhadap gen 895 penjahat dari Finlandia yang melakukan aksinya. Mereka dianalisis DNA oleh peneliti. Dalam studi itu, ditemukan mayoritas kejahatan disertai kekerasan dilakukan oleh sekelompok kecil orang yang antisosial, maupun penjahat kambuhan.

Peneliti Swedia itu menemukan gen MAOA telah membantu mengendalikan tingkat dopamine di otak. Dopamine merupakan bagian yang secara efektif menjaga perasaan soal kesejahteraan atau kebahagiaan. Sementara itu, gen cadherin-13 berkontribusi menjaga perilaku impulsif tetap terkendali.

Meski sudah menemukan dua gen tersebut, tapi peneliti berdalih temuan ini masih dalam tahap awal dan belum dipastikan mengonfirmasi hubungan dua gen tersebut dengan perilaku teroris.

Selain studi peneliti Swedia, sekelompok ilmuwan dari National Institute of Aging, AS telah mengidentifikasi wilayah otak tertentu yang tampak dipakai oleh area riset agama. Namun, perlu dicatat, kaum agama tak menegaskan selalu melancarkan aksi teror, sehingga studi tersebut masih belum cukup untuk mengonfirmasi hubungan gen dengan terorisme tersebut.

UEA: Teroris Sebarkan Radikalisme Lewat Video Game
Polisi Antiteror Kanada.

Gelar Operasi Antiteror, Polisi Kanada Lumpuhkan Tersangka

Tersangka bernama Aaron Driver dan ia bertindak tunggal.

img_title
VIVA.co.id
11 Agustus 2016