Ini Penyebab Pertamina dalam Posisi Krisis

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
-  Ada beberapa hal yang membuat posisi perusahaan minyak dan gas bumi (migas) pelat merah, PT Pertamina (Persero) dalam posisi krisis. Salah satunya adalah turunnya harga minyak dunia.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, Selasa 15 Desember 2015, mengatakan harga minyak dunia terus turun. Bahkan, harganya berada di bawah US$40 per barel.

Wall Street Catat Rekor Anjlok Terlama Sejak Krisis 2008
"Harganya ada di level terendah dalam dua tahun ini," kata Dwi dalam acara 'Pertamina Refining Day: Inovasi untuk Mencapai Kemandirian Energi' di kantor pusat Pertamina, Jakarta.

Dia mengatakan, faktor kurs sangat berpengaruh terhadap Pertamina. Menurutnya, rupiah mulai tertekan, setelah ada isu kenaikan suku bunga The Fed.

"Setelah agak membaik, kurs rupiah ada tekanan lagi setelah isu kenaikan suku bunga Fed. Sekarang, (kurs dolar AS) sudah di atas Rp14.000," kata Dwi. 

Ia menambahkan, kilang-kilang yang dimiliki Pertamina, punya kompleksitas pengolahannya masih rendah. "Ini yang membuat kami dalam posisi krisis. Kami harus mengambil langkah-langkah yang lebih dalam lagi dibandingkan pemain internasional," kata dia.

Dwi mengatakan perusahaan migas internasional biasanya melakukan langkah efisiensi untuk menghadapi kondisi ini, terutama menghadapi rendahnya harga minyak dunia.

Misalnya, pemangkasan biaya operasional sebesar 20 persen, pemotongan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar 30 persen dan pengurangan tenaga kerja.

Pertamina melakukan efisiensi-efisiensi itu, tetapi tidak melakukan pengurangan karyawan. "Pertamina tidak memotong pekerja. Jadi, tantangannya semakin berat," kata dia. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya