The Fed Naikkan Suku Bunga, Ini yang Harus Diwaspadai RI

KPK periksa Darmin Nasution soal kasus pajak BCA
Sumber :
  • VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
- Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memutuskan  menaikkan tingkat suku bunga acuannya sebesar 0,25 persen, setelah munculnya indikasi bahwa perekonomian negeri Paman Sam itu mulai menunjukan adanya pemulihan pasca krisis finansial di rentang tahun 2007-2009.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, memaparkan, rencana AS untuk memperkuat kebijakan moneter, sejatinya  sudah tercium sejak tahun 2013 silam. Namun, risiko yang terlalu besar dianggap menjadi kendala terbesar yang menyebabkan momentum tersebut tidak terealisasikan.

"Sejak 2013, mereka mencari momentum untuk keluar. Mereka tidak ada pilihan lain selain moneter. Tapi tidak bisa. Kenapa? Mereka takut kalau lakukan itu (naikkan suku bunga), ekonominya drop lagi. Tidak bagus juga kalau diteruskan," ujar Darmin dalam Forum Diskusi di Banten, Tangerang, Kamis malam, 17 Desember 2015.

Menurut Darmin, indikator The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya adalah dengan melihat data penyerapan tenaga kerja, penciptaan lapangan kerja, sampai dengan laju inflasi negara maju tersebut. Data tersebut pada saat ini, memang cenderung meningkat.
Sri Mulyani: Nilai Perjanjian WIEF US$900 Juta, Masih Kecil

"Sehingga, suku bunga naik. Di seluruh dunia tidak ada pergerakan yang signifikan, karena memang hanya 0,25 basis poin," kata dia.
Sri Mulyani Ingin UMKM Perluas Jaringan ke Luar Negeri

Salah satu yang tetap harus diperhatikan, kata Darmin, adalah munculnya isu The Fed akan mulai rutin menaikkan tingkat suku bunga acuannya dalam tiga tahun ke depan. Artinya, hal ini akan mempengaruhi sejumlah negara yang mengalami defisit transaksi berjalan.
Jokowi Luapkan Kekesalahan kepada Ratusan Kepala Daerah

"Yang perlu diperhatikan, dia (The Fed) naik 100 basis poin setahun. Ini bisa berlangsung tiga tahun dari 2016-2018. Walaupun tidak mungkin sekaligus satu persen. Perkiraan itu dua kali rapat dia naikkan. Itu kalau naik (ekonomi AS). Kalau drop, dia tahan dulu," tuturnya.

Darmin mengungkapkan, salah satu kunci untuk menangkal sentimen negatif dari kebijakan The Fed adalah dengan tetap menjaga pertumbuhan ekonomi untuk tetap tinggi. Untuk mencapainya, tentu diperlukan upaya untuk menggenjot investasi dalam negeri. Sehingga, mampu berkontribusi bagi pertumbuhan.

"Kalau gejolak jangka pendek, Bank Indonesia yang harus menghadapi. Tapi, yang betul-betul perlu dijaga itu tendensi jangka menengah. Itu hanya bisa dijawab dengan pertumbuhan ekonomi yang jelas. Kuncinya itu investasi," ujar Darmin.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya