Harapan Industri Penerbangan terhadap Paket Ekonomi VIII

Pesawat Batik Air milik Grup Lion Air.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Pemerintah telah merilis paket kebijakan ekonomi jilid VIII untuk mengantisipasi perkembangan dan daya kompetitif pasar ekonomi dalam negeri serta global.  

AirAsia Tawarkan Tiket Rp299 Ribu ke Malaysia

Adapun tiga poin utama dalam paket kebijakan tersebut di antaranya mengenai pelaksanaan kebijakan satu peta (one map policy) dengan skala 1:50.000. Lalu, percepatan pembangunan kilang dan ketiga terkait dengan insentif bea masuk untuk suku cadang pesawat bagi perusahaan penerbangan nasional.

Presiden Direktur Batik Air, Achmad Luthfi, mengatakan, dibebaskannya bea masuk atau menjadi 0 persen akan memperkuat daya saing penerbangan nasional pada saat menghadapi era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) nanti. Menurut dia, insentif ini akan mempercepat pengadaan suku cadang pesawat, tentu ini dibutuhkan oleh maskapai dalam negeri.
Jokowi: Kereta Akan Kurangi Macet di Bandara

"Bea masuk itu dulunya ada yang 10 persen, ada yang 15 persen, kemudian harus melewati prosedurnya, itu yang bikin lama. Kami berterima kasih kepada pemerintah, karena prosesnya kan semakin cepat dan bebas bea masuk. Kami memang butuh segera suku cadang itu," ujar Achmad Luthfi kepada VIVA.co.id saat dihubungi, Jakarta, Selasa 22 Desember 2015.
Air France Luncurkan Maskapai Berbiaya Murah

Ia mengatakan, kebijakan ini juga akan mampu memperkuat kinerja bengkel pesawat di dalam negeri, sehingga dapat bersaing dengan bengkel pesawat negara tetangga, seperti di Malaysia atau Singapura.

Insentif bea masuk barang yang biasanya dipasok dari negara Eropa atau Amerika Serikat ini dinilai merupakan angin segar bagi perusahaan penerbangan nasional.

"Kalau bengkel pesawat untungnya di biaya, maka bisa bersaing dengan bengkel pesawat di luar negeri, seperti di Singapura atau di Kuala Lumpur. Kalau di maskapai ini tentu waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Kami terima kasih dengan paket VIII ini, sehingga bisa menghemat biaya maupun waktu untuk suku cadang itu tiba di Indonesia," kata dia.

Achmad mengakui, persaingan bisnis dalam industri penerbangan akan semakin ketat, terlebih dengan akan diberlakukannya ASEAN Open Sky pada 2016. 

"Jadi, ASEAN Open Sky ini memang kami akan kuatkan di domestik dulu. Tapi, open sky ini juga kan nggak langsung, tapi bertahap. Untuk kargo dulu tahap pertama, penumpangnya belum, nggak terlalu masalah. Pemerintah memproteksi juga itu. Kalau kami sendiri masih main di domestik," tuturnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya