Kisah Anak Yatim Piatu Jadi Pengusaha Herbal

Pengusaha herbal Abdulrochman
Sumber :
VIVA.co.id
Miliarder Sara Blakely Berbagi Nasihat Bisnis Terbaiknya
- Masa kecil Arman atau Abdulrochman dihabiskan di desa Petarukan, Pemalang, Jawa Tengah. Sejak usia 3 tahun dirinya tak lagi menyaksikan senyum Ayahnya karena telah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa. 
 
Tak Selesai Kuliah, Ahmed Haider Ciptakan Aplikasi Drone
"Saya hanya ingat samar-samar wajah Ayah. Setiap pagi Ayah mengayuh sepeda ke kota Pemalang," kata Arman di kantornya di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang.
 
Kisah Shelby Clark Temukan Ide Aplikasi Penyewaan Mobil
Hari-hari berikut, mereka sekeluarga hidup dalam keprihatinan. Untuk menghemat pengeluaran, mereka harus makan nasi aking (nasi bekas yang dikeringkan lalu dimasak lagi). Lauknya pun sederhana hanya pakai urap daun pepaya, singkong atau kangkung. Daun-daunan direbus lalu diberi parutan kelapa.
 
Bagi keluarga mereka makan daging atau ikan adalah barang mewah. Jika ada menu "istimewa" itu pun harus dibagi-bagi dengan saudara-saudaranya. Sekerat daging dipotong kecil-kecil supaya sekeluarga bisa merasakan.
 
Senyum Arman semakin jarang ketika di usia yang baru menginjak delapan tahun, ibunya menyusul ayahnya meninggal dunia. Dia yang masih bocah tidak menyadari arti sebuah kematian. Arman baru menyadari ketika di rumahnya mulai sepi. Dia tidak lagi menemukan pelukan dan ciuman ibunya.
 
"Jika ingat ibu, saya cuma bisa menangis saat akan tidur," ucapnya.
 
Himpitan ekonomi keluarganya membuat dirinya hampir diadopsi oleh keluarga yang cukup berada di Tegal. Dia sempat beberapa hari tinggal di keluarga itu, namun oleh saudara-saudaranya akhirnya dibawa pulang kembali. Kisah pedih masih berlanjut, Arman di usia yang masih belia ditinggal saudara-saudaranya merantau ke Jakarta.
 
Meski setiap bulan dikirimi uang oleh saudaranya, namun Arman hidup sebatang kara. Dia harus menghidupi dirinya sendiri. Menanak nasi sendiri untuk mengganjal perutnya.
 
"Hampir setiap hari saya makan nasi lauk telor goreng. Setiap hari makan cuma dua kali pagi dan malam. Siang hari puasa untuk menghemat pengeluaran," ujarnya.
 
Beruntung tetangganya ada yang menjadi penjual telor dari kampung ke kampung. Arman kecil ikut membantu menjajakan telor itu. Upah jerih payahnya diberi telor yang retak atau rusak karena tak laku dijual. Dengan suka hati Arman akan menggoreng telor tadi, diberi sejumput garam, ditaburi kecap. Telor hasil kerjanya menjadi hidangan lezat untuk makan malam.
 
"Sampai sekarang saya hobi makan telor untuk mengingat masa-masa susah kala itu," katanya.
 
Tamat SMP, Arman melanjutkan pendidikan SMA ke Jakarta. Dia ikut kakaknya yang telah lama hidup di ibukota. Dia bekerja membantu kakaknya yang memiliki sebuah penerbitan dan klinik pengobatan herbal. Sambil bekerja menjadi wartawan, dia kuliah di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta.
 
Arman diberi kesempatan saudaranya untuk mengembangkan usahanya sendiri. Dia setahap demi setahap membangun Zona Group tahun 2009. Zona grup ini merupakan payung dari beberapa bidang usaha seperti advertising, broadcasting dan klinik pengobatan herbal. Dalam waktu relatif singkat , berkat tangan dinginnya, Zona Group berkembang pesat.
 
Dia merasakan pahit getirnya ditolak berkali-kali saat mengajukan proposal ke berbagai perusahaan. Dia juga merasakan jatuh bangun kalah tender dengan pesaing kelas kakap. Dia juga pernah ditipu puluhan juta karena terlalu percaya pada seseorang. Di saat-saat sulit itu, dia hampir patah arang, namun perasaan putus asa kalah dengan tekadnya untuk maju.
 
Perjuangannya tidak sia-sia. Sekarang perusahannya mulai beranak-pinak. Setiap bulan keuntungan yang berhasil diraup mencapai ratusan juta rupiah. Karyawannya yang semula cuma beberapa orang, kini berjumlah 50 orang. Tiga rumah seharga ratusan juta telah dimilikinya. Tak cuma itu, lima buah mobil keluaran terbaru menghiasi garasi rumahnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya