Indef: Pelaku Usaha Jangan Takut Hadapi MEA

Perajin batik
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
VIVA.co.id
Sri Mulyani: Nilai Perjanjian WIEF US$900 Juta, Masih Kecil
-  Tinggal menghitung hari, era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan dimulai, atau tepatnya 1 Januari 2016, perdagangan bebas di Wilayah Asia Tenggara‎ segera diberlakukan.

Sri Mulyani Ingin UMKM Perluas Jaringan ke Luar Negeri
‎Direktur Eksekuti Indef, Enny Sri Hartati, Rabu 30 Desember 2015, menyampaikan, ketika menghadapi MEA pada 2016 nanti, Indonesia harus memperkuat basis produksi di Indonesia.‎

Saran Tanri Abeng untuk Dorong Ekonomi Tumbuh 8 Persen
Ia mengatakan, pada saat itu, sektor jasa, transportasi, dan komunikasi juga akan meningkat.

"‎Persoalannya adalah kita kebanyakan hanya sebagai pedagang. ‎ Lalu, ketika barang banyak yang masuk, konsumen memang diuntungkan. Tetapi, yang penting, kita hendaknya memperkuat basis produksi. Karena, kalau tidak ada basis produksi di sini buat apa. Kita tidak bisa berfikir jangka pendek dengan adanya MEA," kata Enny, usai diskusi di Kantor Indef, Jakarta.

Ia mengatakan, dalam era kompetisi perdagangan terbuka seperti itu salah satu kuncinya adalah efisiensi dari berbagai sektor dan membuka pasar seluas-luasnya melalui ‎sektor yang potensial seperti Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

"Kita tidak bisa memenangkan persaingan, kalau tidak membuka pasar seluas-luasnya. Karena sekarang, UMKM kan sebagian kecil hanya di kabupaten saja, lintas daerah saja jarang," ujarnya. 

Menurut Enny, pengusaha perlu melihat potensi pasar untuk bisa penetrasi ke pasar luar ‎negeri. Selain itu, tentu juga dibutuhkan dukungan dari pemerintah dalam mendukung tingkat daya saing pengusaha Indonesia.

"Sekarang kan seperti itu, harga TDL (Tarif Dasar Listrik) yang mahal, lalu biaya logistik juga masih mahal," kata dia.

Ia mengkhawatirkan setelah diberlakukannya MEA, perputaran perdagangan bisa melesat hingga‎ dua kali lipat namun bukan karena barang-barang yang diproduksi di dalam negeri.

"Jadi, masyarakat jangan silau dengan MEA. Sekarang ini, harusnya didorong produk-produk yang tradebale, dan menggenjot sektor produksi, sebenarnya potensi kita besar. Nanti, akan ada kesinambungan pertumbuhan, lalu juga akan ada kesulitan mendapatkan lapangan kerja, " kata dia.

Enny menjelaskan, ekpor Indonesia saat ini yang digenjot pemerintah, ternyata 80 persennya adalah komoditas. Ia berharap, paket kebijakan ekonomi pemerintah akan mampu memperkuat daya saing industri lokal.

"Kita akan lihat efektif, atau enggak paket ini, neraca perdagangan memang sulit untuk surplus, tetapi kalau dijadikan (difokuskan) manufaktur, bisa," katanya.

Ia menambahkan, jika pemerintah mau pertumbuhan ekonomi tercapai sesuai target proyeksi tahun depan, pemerintah harus menyokong perekonomian di sektor rill.

"Saya memang yakin ekonomi akan tumbuh lebih dari tahun 2015,‎ tetapi kalau pemerintah mau mengejar target yang di atas lima persen itu, yang perlu dikejar harus sektor rill," tuturnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya