Sumber :
- REUTERS/Darren Whiteside/Files
VIVA.co.id
- Bank Indonesia (BI) menyatakan Posisi Investasi Internasional Indonesia (PIII) pada kuartal III-2015 mengalami penurunan net kewajiban (kewajiban dikurangi aset) menjadi U$327,4 miliar, dari yang sebelumnya berada di posisi US$369,1 miliar pada kuartal II-2015.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
Menurut Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, Hendy Sulistiowati penurunan net kewajiban tersebut dipicu oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS), serta perubahan harga saham yang cukup signfikan pada kuartal II dan III.
"Secara transaksi, net kewajibannya sebenarnya naik. Tapi karena penguatan dolar AS, nilai kewajibannya jadi menurun," ujar Hendy dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu, 30 Desember 2015.
Ia menjelaskan, sepanjang kuartal II dan III, transaksi pembayaran sebenarnya telah menunjukan penambahan kewajiban sebesar US$5,7 miliar. Selain itu, nilai aset juga ikut menurun US$0,7 miliar. Namun karena depresiasi rupiah dan perubahan harga saham, net kewajiban menurun sebesar US$47,4 miliar.
"Investor mungkin menanamkan sahamnya dalam bentuk rupiah. Seiring dengan menguatnya dolar AS, kewajibannya ikut menurun" kata dia.
Nilai PIII ini, kata Hendy, mencerminkan solvabilitas dan liabitas ekonomi domestik. Artinya, masih belum membaik meskipun masih dipenuhi porsi utang yang cukup besar selain ekuitas.
"Posisi PIII ke depan bisa semakin membaik, terutama didorong perbaikan fundamental perekonomian dan reformasi struktural yang terus berjalan," ungkapnya.
Sekadar informasi, hingga kuartal III-2015, Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) mencapai US$537,4 miliar, dengan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) sebesar US$210,1 miliar. Kedua indikator ini telah menjadikan net kewajiban berada di posisi US$327,4 miliar.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Ia menjelaskan, sepanjang kuartal II dan III, transaksi pembayaran sebenarnya telah menunjukan penambahan kewajiban sebesar US$5,7 miliar. Selain itu, nilai aset juga ikut menurun US$0,7 miliar. Namun karena depresiasi rupiah dan perubahan harga saham, net kewajiban menurun sebesar US$47,4 miliar.
