Menguak Mitos Ikan Pemangsa Alat Kelamin

Ikan Vandellia cirrhosa yang diyakini sebagai candiru
Sumber :
  • ww.bbc.com

VIVA.co.id - Menjelajahi dan menyelami sungai Amazon di Amerika Selatan dianggap pengalaman yang mendebarkan. Sebab di perairan tersebut telah dikenal hidup ikan pemangsa kelamin pria.

Ikan yang dinamakan candiru itu sudah terkenal memangsa alat kelamin pria. Ikhwal keberadaan ikan candiru itu sudah cukup lama, sejak abad ke 19. Pada awal 1829, sudah banyak penduduk yang diceritakan meyakini keganasan candiru dalam memburu kelamin manusia.

Makanya tak heran banyak orang yang enggan menyelam di sungai terpanjang di benua tersebut.

Upaya untuk mengungkap legenda candiru sudah berlangsung lama dan berkali-kali. Penelitan dilakukan untuk membongkar kebenaran mahluk ganas tersebut.

Shrike, Burung Kecil Pemilik Hasrat Membunuh yang Besar

Dikutip dari BBC, Rabu 6 Januari 2016, mengidentifikasi ikan tersebut di sungai yang besar juga susah, sebab sungai Amazon merupakan rumah bagi spesies ikan yang tak terhitung jumlahnya. Salah satu ikan yang diduga sebagai candiru dalam catatan sejarah adalah ikan dengan nama latin Vandellia cirrhosa yang punya panjang 5 cm.

Sebuah penelitian awal menggambarkan candiru sebagai ikan mengerikan yang bentuknya sangat kecil. Pada abad ke-19, dalam catatan penjelajah Eropa yang menjelajahi sungai itu, menyebutkan saat itu banyak penduduk lokal hidup takut dengan ikan yang sangat menyiksa. Mahluk itu, tulis laporan penjelajah Eropa, lebih ganas dibandingkan dengan piranha.

Orang Eropa pertama yang mendokumentasikan informasi soal candiru di Amazon adalah ahli botani Jerman, Carl Friedrich Philipp von Martius. Dia menggambarkan saat itu pria lokal menutupi saluran kencing mereka saat berada di sekitaran sungai. Catatan itu seperti sinkron dengan tulisan dari George Albert Boulenger, kurator ikan dari British Museum.

Boulenger menggambarkan masyarakat lokal sekitar sungai Amazon merakit pelindung alat kelamin mereka dengan menggunalan batok kelapa dan daun palem. Kurator itu juga menuliskan masyarakat lokal tampak hati-hati saat mengambil air dari sungai, penduduk berusaha sebisa mungkin tak menyeburkan diri ke dalam sungai.

Incar vagina dan anus

Lima Mitos Jawa yang Masih Dipercaya Hingga Kini

Soal mitos keganasan candiru juga punya cerita lain. Para penulis mengatakan ikan itu ternyata tak hanya mengincar kelamin pria saja, tapi juga mengincar alat kelamin wanita dan masuk ke dalam anus manusia. Lebih mengerikan lagi, penulis ada yang menyebutkan candiru bahkan secara ganas bisa melompat melewati aliran air kencing dan masuk ke tubuh manusia ke melalui kelamin.

Cerita keganasan lain candiru berlanjut saat makhluk ini berhasil masuk ke kelamin manusia. Beberapa meyakini orang yang kemasukan akan merasakan penderitaan. Begitu ikan masuk maka bakal menyebabkan peradangan sampai kematian.

Bahkan Boueleger menggambarkan pengalaman rekannya seorang dokter yang mengaku menangani pasien terduga kemasukan candiru.

"Satu-satunya cara mencegah (candiru) untuk mencapai kandung kemih adalah segera mengamputasi penis," kata Boulenger.

Boulenger mengatakan rekannya, dokter Bach, pernah memeriksa pria dan tiga anak lelakinya yang mana alat kelamin mereka diamputasi karena diceritakan mengalami insiden serangan candiru.

Dalam catatan dari awal abad ke-19 sampai abad 20, ada puluhan laporan yang terkait dengan serangan candiru. Setiap laporan punya cerita masing-masing.

Penderitaan itu bisa terekam dalam peristiwa pada 1997 di Manaus, sebuah wilayah di Amazonas, negara bagian Brasil. Pada waktu itu ada seorang pasien pria yang mengaku telah kemasukan candiru pada saluran kencingnya. Setelah bebera jam operasi, ahli urologi Anoar Samad mengklaim berhasil mengekstrak ikan yang diduga candiru. Disebutkan ikan itu sudah mati dan dikeluarkan melalui saluran kelamin pasien tersebut.

Sampel ikan yang diperoleh Samad itu dianggap satu-satunya bukti nyata ikan yang dimitoskan tersebut.

Kenapa incar kelamin

Soal mengapa candiru dianggap gencar mengincar kelamin pria, ada analisa yang menduga adalah limbah amonia yang dikeluarkan insang candiru. Bahan limbah tersebut adalah cara ikan candiru itu untuk mencari mangsanya.

Pada 2001, Stephen Spotte, peneliti University of Connecticut, Amerika Serikat menguji gagasan tersebut. Hasil riset Spotte menunjukkan, candiru benar-benar tertarik dengan penanda kimia.

Menariknya saat Samad dan Spotte bertemu untuk menguak candiru itu terdapat debat. Saat Spotte melihat sampel dan kisah yang alami Samad, Spotte meragukannya.

Mitos soal candiru yang bisa meloncat dari air dan melawan aliran kencing untuk masuk ke kelamin juga disangsikan oleh ahli biomekanik University of Calgary di Alberta, Kanada, John Bertram. Menurutnya ide itu konyol, sebab itu berlawanan dengan hukum dinamika cairan.

"Untuk berenang melalui aliran kencing, ikan harus berenang lebih cepat dari aliran sungai dan harus melawan gravitasi," jelas Bertram.

Keraguan selanjutnya dalah bukti sampel yang dimiliki Samad. Sampel itu dianalisa terlalu besar untuk dugaan candiru yang diyakini sangat kecil. Selanjutnya sampel tidak menunjukkan ikan itu masuk ke dalam kelamin pasien. Namun Samad mengklaim ia sengaja memotong duri ikan demi alasan keamanan pasien.

Makanya Spotte kemudian menduga, pasien Samad terlalu berlebihan dan menganggap itu candiru. Spotte menduga pasien tak mengetahui sebenarnya tentang candiru. Akhirnya sampel candiru itu pun dianggap Spotte tidak layak.

Lima Mitos Mengerikan yang Sebaiknya Jangan Dicoba

Salah tafsir bahasa

Belakangan dalam paper soal candiru pada 2013, Irmgard Bauer, peneliti Universitas James Cook, Australia menemukan adanya kemungkinan para penjelahah Eropa di masa lalu salah menafsirkan perilaku penduduk lokal. Dia mengatakan kemungkinan ada kesenjangan bahasa. Bauer menduga kuat penjelajah Eropa saat itu tidak fasih menerjemahkan bahasa suku lokal.

"Masih ada potensi besar salah tafsir bahasa, postur dan gerak tubuh," tulis dia.

Bauer mengatakan terkait catatan penduduk lokal pria yang melindungi kelamin mereka, bisa saja itu adalah upaya untuk melindungi dari ikan piranha, dan kemudian ditafsirkan sebagai alat perlindungan candiru.

Soal pengobatan teh yang dibuat dari pohon Jagua yang digunakan penduduk lokal, itu bisa saja bukan untuk menghilangkan candiru yang bersarang di saluran kencing. Tapi itu bisa saja sebagai terapi untuk menyembuhkan batu ginjal.

Akhirnya, keberadaan candiru masih misterius. Catatan dan bukti sejauh ini belum ada yang membuktikan ikan yang dimitoskan ganas tersebut. Analisa peneliti menunjukkan ilmu pengetahun memenangi mitos candiru. Bukti candiru belum ada, ikan tersebut sejauh ini makin menjadi mitos.

Ilustrasi lebah

Daerah Ini Tanpa Burung dan Lebah, Apa Jadinya?

Daerah terpencil tersebut adalah Pulau Macquairie.

img_title
VIVA.co.id
12 April 2016