Sumber :
- Surabaya Post / Taufan Sukma
VIVA.co.id
- Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) menolak rencana pemerintah mengimpor gula kristal putih sebanyak 200 ribu ton pada 2016.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Alasannya, ketersediaan atau stok gula nasional masih cukup hingga lima bulan ke depan. "APTRI menilai tidak cukup alasan bagi pemerintah untuk melakukan impor. Saat ini kondisi harga gula masih stabil dan tidak terjadi kelangkaan di pasar," kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) APTRI, Soemitro Samadikoen, seperti dikutip dalam keterangannya, Kamis, 14 Januari 2016.
Baca Juga :
Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop
Soemitro menilai, jika pemerintah memaksakan melakukan impor gula, akan memperparah tata niaga gula nasional. Sebab, kondisi saat ini masih terjadi rembesan gula rafinasi di pasar konsumsi dan masuknya gula ilegal dari daerah perbatasan.
Dengan kondisi tersebut, menurut Soemitro, seharusnya pemerintah lebih memprioritaskan masalah pengawasan di pasar konsumsi. Dengan demikian, tata niaga gula nasional bisa menjadi lebih sehat. "Kami menilai, kebijakan importasi tersebut akan menurunkan gairah petani tebu untuk meningkatkan produktivitas," ujar Soemitro.
Karena itu, APTRI mendesak pemerintah untuk membatalkan rencana impor gula kristal putih sebanyak 200 ribu ton melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) pada 2016.
Selain itu, meminta agar pemerintah membatalkan rencana distribusi gula rafinasi untuk industri kecil dan menengah melalui distributor. "Selanjutnya, DPN APTRI akan mengirimkan surat kepada Presiden agar permasalahan ini mendapatkan perhatian lebih serius."
Sebelumnya, pemerintah memutuskan untuk mengimpor gula kristal putih sebanyak 200 ribu ton pada 2016 yang akan dilakukan oleh Perum Bulog. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan, impor gula tersebut untuk mengantisipasi ketidakstabilan harga.
(mus)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Dengan kondisi tersebut, menurut Soemitro, seharusnya pemerintah lebih memprioritaskan masalah pengawasan di pasar konsumsi. Dengan demikian, tata niaga gula nasional bisa menjadi lebih sehat. "Kami menilai, kebijakan importasi tersebut akan menurunkan gairah petani tebu untuk meningkatkan produktivitas," ujar Soemitro.
