Sentimen Negatif IMF, Rupiah Diprediksi Kembali Melemah

Ilustrasi uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma
VIVA.co.id
Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global
- Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini diperkirakan melanjutkan tren depresiasi, seiring adanya sentimen negatif dari IMF terkait koreksi pertumbuhan ekonomi global.

Sikap Pasar Modal dan Rupiah Soal Aksi Damai 4 November
"Tren pelemahan yang terjadi pada rupiah dapat dimungkinkan kembali berlanjut, jika tidak ada intervensi dari peningkatan volume beli," kata analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, kepada VIVA.co.id, di Jakarta, Kamis, 21 Januari 2016.

Dolar Masih Lemah, Rupiah Melaju di Jalur Hijau
Terlebih lagi, kata Reza, pergerakan nilai tukar yuan yang masih dalam kecenderungan melemah dan dolar AS terus menguat, maka kondisi ini akan semakin menekan laju rupiah.

Namun, kata Reza, pihaknya berharap adanya penguatan rupiah, agar depresiasi tidak semakin dalam. 

"Tetap waspadai jika tren pelemahan kembali terjadi," ucapnya.

Dia memperkirakan, hari ini pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan mengalami pelemahan terbatas dengan target batas bawah di level Rp14.040 per dolar AS, sedangkan batas atas di posisi Rp13.815 per dolar AS.

Dia menyebutkan, dirilisnya proyeksi International Monetary Fund (IMF) yang mengoreksi pertumbuhan ekonomi global membuat sejumlah mata uang di Asia melemah.

"IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di tahun ini, sehingga memicu pelaku pasar untuk melakukan aksi jual terhadap beberapa valuta asing," kata Reza.

Di sisi lain, Reza juga mengungkapkan, pelemahan harga minyak mentah dunia di level terendah masih menjadi rentetan sentimen negatif bagi beberapa mata uang negara berkembang.

"Rupiah pun sejalan dengan yuan, sempat melemah di area Rp13.900-an terhadap dolar AS, sebelum akhirnya mampu kembali naik tipis. Pelemahan ini seiring dengan pesimisnya pelaku pasar terhadap keadaan ekonomi, sehingga mereka lebih memilih memegang dolar AS," ujarnya. (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya