Demi Pangsa Pasar di China, Uber Rela Rugi Rp13 Triliun

Ilustrasi taksi Uber
Sumber :
  • REUTERS/Kai Pfaffenbach

VIVA.co.id - Layanan jasa angkutan berbasis aplikasi asal Amerika Serikat, Uber, rela merugi US$1 miliar atau setara Rp13,49 triliun per tahun di China, untuk menjaga tetap ada di tengah persaingan yang  ketat.

Jarak Dekat Bayar Rp595 Ribu, Uber Minta Maaf ke Pelanggan
Dilansir BBC, Senin, 22 Februari 2016, hal tersebut diungkapkan oleh CEO Uber, Travis Kalanick, dalam pengakuannya saat berbincang di acara Vancouver, sebuah situs berita Kanada. 
 
Naik Uber dari Kasablanka ke Setiabudi, Bayarnya Rp595 Ribu!
Uber diluncurkan di China sejak 2014 dan bersaing ketat dengan aplikasi taxi terbesar di Negeri Tirai Bambu, yakni Didi Kuaidi.
 
Harga Minyak Dunia Turun, Pasar Khawatir Stok Melimpah
Uber ada di 40 kota di China dan tahun lalu mengumumkan rencana memperluas hingga 100 kota dalam 12 bulan ke depan.
 
"Kami memang menguntungkan di Amerika Serikat, tetapi kami kehilangan lebih dari US$1 miliar per tahun di China," kata Kalanick.
 
Kalanick mengungkapkan, China memang ditargetkan menjadi pasar internasional terbesar perusahaannya. Alasan itulah yang menyebabkan Kalanick rela merugi demi membeli pangsa pasar dan bersaing dengan pesaing utamanya, Didi Kuaidi.
 
"Kami memiliki pesaing sengit yang tidak menguntungkan, mereka ada di setiap kota di China. Tapi, kami ingin membeli pangsa pasar," ungkapnya.
 
Didi Kuaidi, yang didukung oleh raksasa teknologi China, yakni Tencent dan Alibaba, saat ini juga bermintra dengan Lyft, rival layanan Uber di AS.
 
Kalanick menuturkan, baru-baru ini juga menyuntikkan US$200 juta untuk membantu Uber agar bisa bersaing di pasar negara-negara berkembang. Adapun, saat ini Uber tersedia di 380 kota di seluruh dunia. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya