Harga Minyak Naik, Kurs Rupiah Diprediksi Melemah

Ilustrasi uang rupiah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma

VIVA.co.id - Perdagangan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di akhir pekan ini, Jumat, 26 Februari 2016, diperkirakan masih melanjutkan pelemahan dan berpotensi tertekan.

"Rupiah hari ini akan bergerak di level Rp13.415 hingga Rp13.450 per dolar AS," kata Analis LBP Enterprise, Lucky Bayu Purnomo, saat dihubungi VIVA.co.id.
 
Lucky menuturkan, sentimen yang menekan kurs rupiah sulit naik ke zona hijau, lantaran pasar memandang harga minyak dunia mulai cenderung menguat.  Sebab, menguatnya harga minyak menimbulkan kekhawatiran pasar komoditas lebih kuat dari pasar modal.
 
Dia menjelaskan, harga emas yang saat ini berada di atas level US$1.200 per ons juga merupakan salah satu aspek bahwa pasar lebih memilih untuk pasar komoditi, bukan pasar uang.
 
Selain itu, ungkap Lucky, Federal Reserve yang disinyalir memberikan sinyal untuk menaikkan suku bunga acuannya juga memberikan tekanan pada kurs rupiah. 
Asumsi Pertumbuhan Ekonomi 5,2 Persen Dinilai Sulit Dicapai
 
"Kenaikan suku bunga acuan The Fed yang kemarin tidak memberikan dampak di Amerika. Kalau suku bunga AS naik, berarti dolar AS lebih perkasa dari rupiah," ucapnya.
Penguatan Rupiah Dihantui Sentimen Negatif Ekonom Global
 
Lucky menyebut, level ideal bagi rupiah saat ini berada di Rp13.200 per dolar AS. Menurutnya, level itu dikategorikan angka wajar dalam jangka pendek saat ini.  "Angka itu dalam jangka pendek akan melemah, karena pasar tidak ingin berspekulasi lebih banyak sebelum rapat bank sentral AS," ujarnya.
Kurang Gesit, Rupiah Masih Sulit Menguat
Uang rupiah.

Rupiah Melemah, Tertekan Gejolak Ekonomi Global

Aksi damai 4 November tidak terlalu pengaruhi pergerakan rupiah.

img_title
VIVA.co.id
4 November 2016