Survei: Mayoritas Investor RI Tak Punya Strategi Investasi

Ilustrasi investasi.
Sumber :
  • Rumahku.com

VIVA.co.id - Sebuah survei yang dilakukan oleh Manulife menunjukkan bahwa investor di Indonesia hanya fokus pada perencanaan keuangan dalam jangka pendek, dan tidak memiliki strategi yang jelas untuk jangka panjang. Survei ini mengungkapkan bahwa investor tidak mengelola pengeluaran harian mereka secara efektif dan tidak memiliki tujuan keuangan yang jelas.

Tujuh Dosa Besar dalam Berinvestasi
 
Dikutip dari siaran persnya, Rabu 2 Maret 2016, hasil survei mayoritas investor, yakni sekitar 70 persen responden, tidak memiliki target jumlah dana simpanan dalam jangka waktu tertentu. Meski demikian, mayoritas investor mengakui perlunya perencanaan investasi yang lebih baik di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi. 
Asuransi dan Properti Jadi Primadona Investasi
 
Kurangnya disiplin dalam pengelolaan keuangan dapat membahayakan kondisi keuangan investor di masa depan.
Investasi Triwulan II, Serap 345.739 Tenaga Kerja
 
Manulife Investor Sentiment Index mengungkapkan bahwa lebih dari separuh investor (53 persen) menghabiskan 70 persen atau lebih penghasilannya setiap bulan. Sementara itu, satu dari 10 investor menghabiskan lebih dari 90 persen penghasilan bulanannya. 
 
Selain itu, satu dari empat investor akan meminjam uang dalam kurun waktu tiga bulan, jika mereka kehilangan sumber penghasilan utamanya. Temuan tersebut menunjukkan bahwa mereka sangat mengandalkan penghasilan bulanannya dan hanya memiliki sedikit simpanan. 
 
Terlebih lagi, 40 persen investor tidak memantau pengeluaran mereka sama sekali. Kondisi ini semakin memperparah pengelolaan arus kas bulanan rumah tangga.
 
Chief Agency Officer PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, Rusli Chan, mengatakan, survei ini mengungkap beberapa pola pengeluaran yang sangat memprihatinkan. Jika jumlah pengeluaran para investor masih terus lebih besar daripada pendapatan bulanannya, mereka akan terlilit utang jangka panjang dan terkena dampak finansial yang serius di kemudian hari. 
 
"Dengan meningkatnya angka harapan hidup masyarakat Indonesia secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir, adalah memprihatinkan jika persiapan dana pensiun tidak menjadi prioritas keuangan yang utama. Para investor sebaiknya segera berkonsultasi dengan penasihat keuangan agar mereka dapat mengelola pengeluaran hariannya dengan lebih baik dan menyiapkan rencana keuangan jangka panjang,” katanya. 
 
Walaupun hanya satu dari lima investor di Indonesia yang saat ini memiliki utang, pengelolaan keuangan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya tren perilaku berutang di masa depan. Terutama, karena sebagian besar investor menyebut biaya kebutuhan sehari-hari dan gaya hidup sebagai kontributor terbesar utang mereka. Padahal, biaya-biaya tersebut dapat dimitigasi dengan mudah melalui pengelolaan keuangan yang lebih baik.
  
Survei juga menemukan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia gagal menyimpan dana untuk kebutuhan jangka panjang. Lebih dari 70 persen investor mengatakan bahwa mereka tidak memiliki target jumlah dana simpanan. 
 
Dari investor yang memiliki target dana simpanan, ternyata sebagian besar hanya memiliki tujuan jangka pendek. Sebanyak 76 persen memiliki target simpanan hanya untuk satu sampai empat tahun ke depan. 
 
Selain itu, investor menempatkan rata-rata sepertiga (33 persen) dari dana simpanannya di rekening tabungan atau deposito tanpa tujuan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki tujuan keuangan yang jelas.
  
Survei juga mengungkapkan bahwa sebagian besar investor Indonesia fokus pada dana simpanan untuk beragam pengeluaran dalam jangka pendek hingga menengah, di mana biaya pendidikan anak atau pernikahan anak dan biaya kesehatan menempati dua prioritas tujuan keuangan. Sementara itu, simpanan untuk dana pensiun hanya menempati urutan keempat.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya