Ekspor Hasil Hutan RI Jadi Korban 'Akal-akalan' Negara Lain

Target Ekspor Impor 2014
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id - Pemerintah dinilai gagal mengantisipasi "akal-akalan" negara lain yang menghambat ekspor hasil hutan Indonesia. Situasi ini memukul para pengusaha nasional.

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi

Demikian kritik dari Direktur Eksekutif The Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati. Dia memaparkannya dalam diskusi bertajuk "Tantangan era standarisasi dalam mendorong ekspor industri hasil hutan" di Jakarta, Senin 7 Maret 2016.

"Antar-kementerian kabinetnya Pak Jokowi (Joko Widodo) ini harusnya ada koordinasi. Kasihan pengusaha, pebisnis, saling ditabrak-tabrakin. Tak hanya buat bingung para pengusaha, para menterinya juga ribut sendiri," kata Enny.
Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016

Untuk itu, menurut Enny, salah satu harapan Indonesia adalah industri-industri yang dinilai masih mampu bersaing, lantaran menggunakan bahan baku sumber daya lokal, seperti industri perkebunan, perikanan, hutan, dan lainnya, yang menghasilkan devisa bagi negara.
Kementerian ESDM Perpanjang Izin Ekspor Freeport?

"Itu yang harus kita sayang-sayang. Kita harus perhatikan industri yang masih bisa menghasilkan devisa," kata dia.

Alasannya, kata dia, sampai dengan Januari 2016, terjadi penurunan ekspor-impor Indonesia yang cukup drastis. Penurunan impor yang luar biasa ada di sektor bahan baku.

"Itu artinya apa, tidak ada industri yang bergerak. Tidak ada ekspansi industri. Sementara, impor komsumsi kita tertinggi di Asia Tenggara, meningkat dahsyat, itu kan menunjukkan positioning Indonesia," ujar dia.

Enny menuturkan, meskipun impor turun, tetapi hal tersebut justru bukan menjadi berita bagus. Alasannya, penurunan impor bahan baku, kata dia, menjadi tanda adanya perlambatan pertumbuhan industri di dalam negeri. Karena di sisi lain, impor konsumsi justru meningkat tinggi.

"Kalau potensi industri yang masih bisa bersaing tadi yang menghasilkan devisa juga turun. Maka, tidak bisa menafikkan bahwa neraca perdagangan kita ke depan akan defisit," ungkap dia. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya