Pertumbuhan Ekonomi RI 2016 Diramalkan 5,3 Persen

Suasana sebuah pabrik
Sumber :
  • REUTERS/Kham

VIVA.co.id - Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Destry Damayanti, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa mencapai 5,3 persen.

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
 
Destry menjelaskan, angka tersebut sesuai dengan asumsi makro pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), serta lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun lalu yang sebesar 4,8 persen.
Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016
 
"Pertumbuhan ekonomi, kami expect masih bisa tumbuh 5,3 persen," kata  Destry, dalam Seminar 2015 in Review & Market Outlook 2016, di Hotel Shangri-La, Jakarta, Senin, 14 Maret 2016.
Pengamat: Proyek Infrastruktur Jangan Disetop
 
Menurutnya, faktor pendorong pertumbuhan ekonomi masih bersumber dari konsumsi rumah tangga. Destry optimistis, konsumsi masyarakat masih belum turun, selama inflasi bisa dijaga oleh pemerintah seperti pada tahun lalu yang berhasil dicapai pada level 3,35 persen.
 
"Orang Indonesia masih akan belanja. Karena itu juga kelebihannya, semakin tinggi pendapatan, orang Indonesia lebih memilih belanja ketimbang menabung. Jadi, itu kan memutar perekonomian," tuturnya.
 
Destry memaparkan, belanja pemerintah juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini. 
 
Adapun, langkah perbaikan yang diambil pemerintah sejak awal tahun lalu, yakni dengan mengurangi belanja konsumsi seperti subsidi energi menjadi belanja produktif seperti infrastruktur, serta belanja untuk peningkatan pendidikan dan kesehatan.
 
"Ini terlihat pada kuartal IV-2015, saat belanja pemerintah terserap cukup signifikan dan mampu mendorong ekonomi tumbuh tinggi. Saat ekonomi secara umum melemah, pemerintah sebagai agent development masuk dengan menaikkan spending," ucapnya.
 
Pada awal 2016, Destry mengungkapkan, belanja pemerintah juga diserap lebih besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimulai dengan percepatan lelang proyek pemerintah dan penarikan utang sejak Desember 2015.
 
"Ini juga yang membuat budget deficit pemerintah pada posisi akhir Februari mencapai 0,7 persen. Padahal, biasanya belum defisit," ujarnya. (one)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya