Jangan Senang Ekonomi Membaik, Pemerintah Masih Punya PR

Pedagang melayani pembeli di Pasar Rumput, Jakarta
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Zabur Karuru

VIVA.co.id - Dana Moneter Internasional (International Monetery Fund/IMF) memperkirakan perekonomian Indonesia mampu tumbuh di kisaran 4,9 persen, jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang hanya mampu tumbuh di angka 4,7 persen.

Sofjan Wanandi: Demo Tak Pengaruh Iklim Investasi
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, saat berbincang dengan VIVA.co.id, Selasa 15 Maret 2016, mengungkapkan proyeksi IMF memang cerminan dari kondisi beberapa indikator ekonomi makro dalam negeri yang mulai mengalami perbaikan dibandingkan tahun lalu.
 
Bursa Asia Pasifik Tertekan Dinamika Pilpres AS
"Dasarnya bahwa konsumsi rumah tangga, investasi, dan government spending (pengeluaran pemerintah) akan menjadi penggerak. Nilai tukar rupiah juga sudah relatif stabil," kata Josua.
 
Singapura Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2016
Josua mengakui, meskipun pemerintah sudah mulai on track, namun masih ada beberapa catatan yang harus tetap diperhatikan. Yakni, bagaimana mendorong industri manufaktur dalam negeri, sehingga tidak terlalu bergantung pada harga komoditas.
 
Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kata dia, tentunya akan memberikan implikasi yang jauh lebih luas. Salah satunya, mendorong peringkat ease of doing business (EODB), atau kemudahan berusaha Indonesia yang masih berada pada posisi yang belum menggembirakan.
 
"Jadi, bagaimana meningkatkan pertumbuhan kita agar tetap bisa tumbuh," katanya.
 
Terlepas dari hal itu, Josua meyakini bahwa pergerakan ekonomi dalam negeri pada tahun ini akan jauh lebih baik. Apalagi, ada beberapa kebijakan pemerintah yang bersentuhan langsung dengan masyarakat secara luas.
 
"Kami masih melihat penurunan harga BBM (bahan bakar minyak) ke implikasi konsumsi rumah tangga. Memang baru akan pulih di semester dua tahun ini," tuturnya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya