Jualan Jamur, Pemuda Ini Raup Omzet Rp150 Juta

Pendiri Grow Box, Ronaldiaz Hartantyo dan Annisa Wibi Ismarlanti
Sumber :
  • VIVA.co.id/Romys Binekasri

VIVA.co.id - Para pemuda inspiratif asal Bandung, membuat peluang bisnis yang menarik di bidang agrikultur dalam pemanfaatan dan budidaya jamur. 

Miliarder Sara Blakely Berbagi Nasihat Bisnis Terbaiknya
Tak ada yang mengira bahwa bisnis Grow Box jamur dapat dieksplorasi hingga menghasilkan peluang usaha tanpa limbah.
 
Tak Selesai Kuliah, Ahmed Haider Ciptakan Aplikasi Drone
Pendiri Grow Box, Ronaldiaz Hartantyo, mengatakan inspirasi datang dari keisengan melihat pameran yang kemudian ide muncul untuk mencoba menciptakan sesuatu yang kreatif dari jamur. 
 
Kisah Shelby Clark Temukan Ide Aplikasi Penyewaan Mobil
Sebab, selain penyebaran jamur di Indonesia sangat banyak, manfaat yang ada dalam kandungan jamur sangat beragam dan baik untuk tubuh manusia.
 
Pemuda yang kerap disapa Aldi, bersama dengan tiga orang temannya memulai perjalanan bisnisnya sejak akhir 2012. 
 
Saat itu, mereka masih lulusan muda dari ITB Bandung. Aldi beserta temannya mengemas jamur dalam sebuah box semenarik mungkin.
 
Aldi menjelaskan, Grow Box menjadi cara baru bercocok tanam jamur tanpa harus menggunakan lahan.
 
Dengan menggunakan media tanam serbuk kayu hasil limbah industri agrikultur dicampur dengan salah satu bahan rahasia yang berada dalam kotak kayu, bibit jamur yang diletakkan dapat tumbuh dalam waktu dua hingga empat minggu.
 
Salah satu pendiri Grow Box lainnya, Annisa Wibi Ismarlanti, mengatakan hal ini bisa menjadi pengalaman baru untuk memiliki pertanian jamur kecil sendiri. 
 
"Grow Box memberdayakan masyarakat di daerah perkotaan untuk mengembangkan makanan mereka sendiri, serta mendidik orang mengenai sumber makanan berkelanjutan yang mudah diakses," tutur Annisa, saat ditemui di Plaza Senayan, Jakarta, Rabu 16 Maret 2016.
 
Mereka menapaki usaha dengan bermodal sekitar Rp2 juta untuk membeli bibit jamur dan peralatan. Kemudian, dia promosikan ke ajang lomba kompetisi bisnis di Singapura mendapatkan dana Rp10 juta. 
 
Lalu, penjualan dilakukan melalui online dan omzet berhasil terkumpul dua kali lipat di 2013.
 
Mereka juga mendapatkan dana lagi dari program investasi sosial yang diprakarsai oleh Royal Dutch Shell sebesar Rp10 juta. 
 
Kini, mereka bisa memperoleh keuntungan hingga Rp150 juta per bulan dari hasil produksi 2000 Grow Box per bulan.
 
"Ya, kami memasarkan produk lewat sosial media, website, dan berbagai pameran pihak kementerian, gunanya agar produk dapat menjangkau seluruh daerah indonesia," ujarnya.
 
 
Annisa memaparkan, konsumen hanya tinggal membuka kemasan dan kemudian menjaga kelembapan media tanam, sehingga jamur bisa tumbuh dan siap dipanen.
 
Hasil panen jamur tersebut bisa mencapai 200 gram dengan masa panen antara tiga hingga empat kali. Annisa menjelaskan, perawatan yang harus dilakukan tidak sulit, karena jamur hanya perlu disemprot dua sampai tiga kali sehari, agar tetap lembab dan jangan terkena sinar matahari.
 
Saat ini, dia menjual enam jenis jamur, yakni jamur tiram, putih, kuning, pink, coklat dan biru. Harga satu kotak jamur tiram putih Rp40 ribu dan yang lainnya dijual Rp75 ribu per kotak. 
 
Dalam sebulan, Annisa bersama temannya dapat menjual hingga 2.000 kotak jamur. 
 
“Yang paling diminati adalah jamur tiram pink dan biru, karena warnanya dianggap menarik,” ucapnya.
 
Dia menambahkan, kini tengah menyiapkan untuk ekspor ke Singapura, Hongkong, dan China. Mereka juga mencari untuk diversifikasi usaha, mengidentifikasi jamur mycelia sebagai biaya yang rendah, bahan berkelanjutan, dan bio degradable ketika dipadukan dengan limbah pertanian. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya