Menteri Susi: Sekarang di Pasar Becek Juga Ada Ikan Tuna

illegal fishing
Sumber :
  • VIVA/Berton Siregar

VIVA.co.id –  Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, mengaku saat ini mulai terlihat perubahan fundamental terkait perikanan dan kelautan di Indonesia.

RI Diminta Jangan Diam Haknya di Laut Natuna Diserobot China

Menurut Susi, pada saat 10 tahun terakhir ketika masih maraknya Illegal Unreported Unregulated Fishing (IUUF) rakyat Maluku pun susah dalam mencari ikan tuna. Padahal faktanya, sebanyak 60 persen tuna dunia itu datangnya adalah dari lautan Maluku. Sementara ironisnya, selama 10 tahun itu, orang Maluku masih susah mencari ikan tuna di lautan.

"Coba lihat sekarang tuna sudah banyak, di pasar becek pun ada tuna. Jangan lagi bilang itu kegagalan KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan), sekarang apa tuna hanya milik luar negeri? Bangsa kita berhak dapat gizi dan protein cukup, setelah cukup baru kita ekspor ke luar. Itu yang benar," kata Susi dalam acara Investment Forum bertajuk Investing in Aquaculture and Seafood Value Chain di kantor KKP, Rabu 30 Maret 2016. 

Revisi KUHP Persulit Penenggelaman Kapal Pencuri Ikan

Susi mengklaim selama dua tahun terakhir kiprahnya sebagai Menteri, telah banyak reformasi dan perubahan yang terjadi meskipun semuanya butuh perjuangan, waktu dan tidaklah mudah.

"Reforming tidak pernah mudah, never and easy work to do, selalu banyak tantangan dan juga oposisi karena reform tidak pernah nyaman dilakukan, untuk berubah butuh waktu dan energi," kata Susi.

Diduga Curi Ikan, Kapal Berbendera China Ditangkap TNI AL

Meski sulit, Susi mengaku ada pengurangan kuantitas pencurian ikan oleh kapal-kapal asing yang melintas di Indonesia. Bahkan, sekarang kapal maling yang masuk ke Indonesia mulai gentar dengan ancaman-ancaman penenggelaman olehnya.

“Satu tahun lebih Indonesia memimpin cara dunia memandang IUUF. Karena tidak hanya kejahatan perikanan, tapi IUUF ini membawa kriminal lain, perbudakan modern. Pelaut Indonesia jadi budak kapal, drugs, kerusakan biota. Juga parahnya sebagai kendaraan perdagangan satwa-satwa langka, " kata dia. 

Susi menambahkan bahwa dahulu ratusan kapal yang datang dan pergi di lautan Indonesia membawa ikan dengan total yang dibawa mencapai dua ribu ton. Hal itu pun belum diatur waktu itu, namun saat ini telah menunjukkan perkembangan yang baik.

"Ratusan kapal datang dan pergi bawa ikan dari Indonesia tidak satupun tercatat dan diatur. Dia juga bawa dengan burung-burung Kakaktua Raja dari Papua, kulit buaya, lalu kura-kura babi dan sebagainya. Mereka tidak hanya curi ikan," tuturnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya