Kredit Perbankan Melambat di Awal Tahun, Ini Sebabnya

Logo Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Darren Whiteside/Files

VIVA.co.id - Bank Indonesia merilis bahwa pertumbuhan kredit perbankan mengalami perlambatan pada triwulan I 2016 dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari melambatnya seluruh jenis kredit yang dari survei perbankan yang dilakukan. 

Kiat Penting Sebelum Ajukan Kredit Elektronik
 
Dalam hasil survei tersebut yang dikutip VIVA.co.id, Kamis 14 April 2016 menunjukkan, permintaan kredit baru melambat ketimbang periode sebelumnya. Hal tersebut terindikasi dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil survei tersebut sebesar 31,3 persen, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 56,9 persen. 
BI Tak Akan Perlonggar Uang Muka Kredit Motor
 
Diketahui, perlambatan pertumbuhan permintaan kredit baru itu terjadi pada kredit modal kerja, dan kredit konsumsi, sedangkan permintaan kredit investasi semakin menguat. Dengan rincian, kredit modal kerja sebesar 26,7 persen (triwulan sebelumnya 42,8 persen), kredit konsumsi sebesar 11,8 persen (sebelumnya 45,7 persen). 
Harapan BI dari Penerapan 7 Days Repo Rate
 
Perlambatan pertumbuhan kredit baru tersebut ditengarai akibat belum tingginya kebutuhan pembiayaan korporasi pada awal tahun. Serta kebijakan perbankan yang selektif memberikan kredit untuk menekan kenaikan risiko kredit bermasalah, atau Non Performing Loan. 
 
Lebih lanjut survei tersebut menjabarkan, berdasarkan jenis kredit konsumsi, penurunan permintaan terjadi pada permintaan kartu kredit baru (SBT -31,9 persen) dan kredit multiguna (SBT -15,1 persen). Sedangkan permintaan kredit kendaraan bermotor mengalami peningkatan (SBT 17 persen). 
 
Peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan penjualan kendaraan pada periode Januari hingga akhir Februari 2016.
 
Sementara itu, secara sektoral, permintaan kredit baru pada enam sektor ekonomi mengalami penurunan pada triwulan I 2016. Dengan penurunan terbesar di sektor pertambangan dan penggalian (SBT -23,9 persen)
 
Penurunan tersebut sejalan dengan tren penurunan harga komoditas energi di pasar internasional dan belum pulihnya ekspor komoditas pertambangan dan penggalian di awal tahun ini. 
 
Untuk triwulan II 2016, dalam survei tersebut diperkirakan akan terjadi peningkatan pertumbuhan kredit. Hasil survei tersebut juga mengindikasikan optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit secara keseluruhan pada 2016. 
 
Hal tersebut tercermin dari perkiraan pertumbuhan kredit tahun ini sebesar 12,3 persen (year on year), lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya 12 persen. Peningkatan tersebut didorong oleh perkiraan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik karena penurunan suku bunga kredit, penurunan risiko penyaluran kredit dan peningkatan kondisi likuditas bank. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya