Investor Tiongkok Incar Industri Makanan di Papua Barat

Ilustrasi industri makanan dan minuman.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Investor Tiongkok berminat menanamkan modalnya di industri bahan baku makanan dan sagu di Indonesia, yang diharapkan akan menyerap 1.500 tenaga kerja. 

Jepang Minat Investasi Rp600 miliar Bangun Pabrik Damkar

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan, perusahaan
yang berminat di bidang usaha industri bahan makanan dari sagu tersebut, melihat Papua Barat
memiliki bahan baku sagu yang cukup banyak.

“Industri ini memerlukan lahan seluas 20 ha (hektare) dan dapat menyerap 1.500 tenaga kerja lokal,” kata Franky dalam keterangan tertulis yang diterima VIVA.co.id, Kamis 28 April 2016. 

Jepang Siapkan Rp900 Miliar Bangun Shopping Center

Ia mengatakan, selain mengolah sagu untuk bahan baku makanan, perusahaan juga akan
memanfaatkan sisa sagu hasil proses produksi (sampah sagu) untuk membangun pembangkit
listrik tenaga sampah (biomass) yang akan digunakan untuk membangkitkan listrik yang
dibutuhkan oleh perusahaan.

“Rencana investasi perusahaan sebesar US$132,4 juta. Perusahaan meminta bantuan BKPM untuk dapat memberikan data dan informasi yang dibutuhkan seperti lokasi yang tepat, seberapa besar kapasitas sagu produksi masyarakat Papua Barat, dan kondisi infrastruktur,” tuturnya.

Jepang Incar NTT untuk Bangun Pabrik Garam

Menurut Franky, perusahaan akan memanfaatkan bahan baku sagu dari masyarakat, dan bila kurang perusahaan akan membangun kebun sagu sendiri dan memerlukan lahan yang cukup luas. “Pemerintah siap mendukung rencana investasi ini dan akan menyiapkan data-data yang diperlukan oleh perusahaan,” katanya.

Dari data yang dimiliki oleh BKPM, investasi dari Tiongkok yang pada kuartal pertama 2016
(tidak termasuk sektor hulu Migas dan keuangan) mencapai US$464,6 juta, menempatkan Tiongkok sebagai investor terbesar keempat di Indonesia.

Tiongkok merupakan salah satu sumber investasi asing terbesar di Indonesia, meningkat pesat dalam dua tahun terakhir. Tercatat, US$2,1 miliar investasi terealisasi sejak 2010, tumbuh rata-rata 61 persen per tahun. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya