RI Dinilai Kurang Atraktif, Lelang Blok Migas Sepi Peminat

Dirjen Migas, I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja.
Sumber :
  • Moh Nadlir / VIVA.co.id

VIVA.co.id – Penawaran  delapan wilayah kerja atau blok minyak dan gas (migas) melalui lelang langsung dan lelang reguler tahun 2015, tidak berhasil menetapkan pemenang. Kondisi harga minyak yang rendah dan terms and conditions yang ditawarkan pemerintah dinilai investor  belum memenuhi keekonomian lapangan.

Pertamina Mau Gandeng Iran untuk Pasok Gas Elpiji

Kondisi ini menunjukkan Indonesia kurang atraktif dan oleh karena itu, pemerintah harus membuka diri agar investor kembali melirik Indonesia. Bahkan banyak investor berpindah investasi ke negara tetangga Vietnam.

“Lelang yang tidak laku menunjukkan Indonesia kurang atraktif bagi investor.  Banyak (investor) yang sudah beralih ke tempat-tempat lain, seperti Vietnam. Kita harus membuka diri. Kita membuat (kebijakan) yang lebih atraktif supaya mereka balik lagi,” ujar Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), IGN Wiratmaja Puja seperti dikutip dari situs Kementerian ESDM, Rabu, 11 Mei 2016.

15 Blok Migas Akan Dilelang

Kebijakan membuka diri tersebut, lanjut dia, antara lain dengan memberikan insentif bagi kegiatan usaha migas, seperti memperpanjang masa eksplorasi, terutama untuk eksplorasi laut dalam. Sebagai contoh, masa eksplorasi yang sebelumnya maksimal 10 tahun, untuk laut dapat diperpanjang menjadi 15 tahun.

Insentif lainnya adalah kebijakan fiskal dan mempermudah proses perizinan. "Mereka itu capek mengurusi perizinan, makan waktu,” kata Wiratmaja.

Ini Target Pertamina Tekan Oil Losses 2016

Perubahan lainnya yang diupayakan Pemerintah adalah porsi bagi hasil tidak terbatas menggunakan sistem kontrak bagi hasil, tetapi dynamic split atau sliding scale revenue over cost.

Wiratmaja menyadari sistem bagi hasil seperti ini akan menimbulkan pertanyaan dari beberapa pihak. Namun demikian, yang terpenting adalah Indonesia dapat memperoleh cadangan migas baru yang besar, serta negara tetap mendapatkan keuntungan.

“Tentu akan ada yang mempertanyakan. Tapi kita mau mendapat big fish (cadangan besar) atau tidak? Negara tetap dapat yang bagus, tapi tetap bisa dikerjakan (dikelola) juga oleh investor,” ujar Wiratmaja.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya