Potensi Bisnis Ritel Cerah di Negara-negara Ini

Kewajiban Ritel jual Produk Lokal
Sumber :
  • Antara/Wahyu Putro

VIVA.co.id – Sebuah perusahaan konsultan manajemen internasional,  A.T. Kearney merilis survei terbarunya terkait potensi pasar ritel internasional khususnya untuk kawasan Asia. 

Melirik Potensi dari Redupnya Surga Belanja Singapura

Dilansir dari CNBC, Selasa 7 Juni 2016, peringkat pertama dalam indeks tersebut diduduki oleh China dengan skor 72,6, penilaian dari 0-100. Kemudian peringkat kedua di ikuti oleh India dengan 71 dan Malaysia yang mendapatkan skor sebesar 59,6. 

Indeks mengukur negara yang memiliki pasar ritel yang besar, berdasarkan empat variabel. Yaitu negara dan risiko bisnis, daya tarik pasar, kejenuhan pasar, tekanan jangka waktu bisnis. 

Jepang Siapkan Rp900 Miliar Bangun Shopping Center

Indikator itu mengukur seberapa cepat sektor rill bergerak maju di tengah tekanan tersebut, dan menangkap peluang bisnis di negara tersebut. 

Di antara beberapa negara berkembang ada satu yang mendapatkan perhatian dalan survei tersebut, yaitu Kazakhstan. Negara peringkat keempat dengan potensi pasar ritel yang besar ini diperkirakan akan cepat berkembang dan memiliki masa depan yang cerah. 

Jokowi: Ritel Luar Masuk Indonesia Harus Jual Produk Lokal

"Negara itu bisa meyakinkan investor bahwa memiliki skala yang cukup untuk memberikan peluaung bisnis jangka panjang," tulis laporan itu.

Kazakhstan adalah salah satu produsen minyak terbesar di Asia Tengah setelah Rusia, tetapi dengan harga minyak yang rendah, sektor ritel dipandang sebagai sumber potensial dari pertumbuhan ekonomi.

"Pemerintah di negara itu mengakui ini dan telah menciptakan kantor khusus untuk menarik investor asing dan merek internasional ke negara itu," ujar Kepala regional Asia Tenggara di A.T.Kearney, Chua Soon Ghee. 

Meski demikian, berdasarkan data, investor tidak sepenuhnya yakin dengan kondisi perekonomian negara tersebut. Terlihat dari penurunan dalam investasi asing langsung di negara itu. 

Investasi langsung asing di kuartal pertama 2016 adalah US$3.384,7 juta, turun 27,2 persen dari periode yang sama pada 2015, menurut Bank Nasional Kazakhstan.
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya