Brand Lokal Bisa Besarkan Pasar Ritel Nasional, Asal...

Koleksi Retail Eksklusif Balijava Batik Kudus
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Untuk memiliki pasar ritel yang besar Pemerintah Indonesia dan segenap pengusaha perlu memperhatikan basis produksi dalam negeri. Hal tersebut disampaikan Eni Sri Hartati, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Melirik Potensi dari Redupnya Surga Belanja Singapura

Dia menilai, besarnya potensi Indonesia menjadi pasar ritel harus disadari Pemerintah dan pengusaha untuk dapat bersinergi. Keduanya juga harus memberikan kesadaran masyarakat terhadap produk berkualitas dalam negeri agar aktivitas ekonomi berlangsung efisien.

Selain itu, yang terpenting harus dilakukan Pemerintah adalah mengedukasi masyarakat menengah ke atas untuk tidak mengejar nilai prestise dari brand-brand asing dan mengedukasi kualitas barang dalam negeri.

Ritel di Singapura Anjlok, Orang Kaya RI Kurangi Belanja

"Artinya, mereka (masyarakat terutama kalangan menengah ke atas) kan hanya gila brand saja. Brand itu kan sebenarnya persoalan kompetisi," kata Eni saat dihubungi Viva.co.id pada Rabu, 8 Juni 2016.

Sejalan dengan itu, pemerintah juga harus dapat mendorong penciptaan produk-produk dalam negeri yang berkualitas internasional, kemudian memfasilitasi produsen dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepengurusan merek dagang.

Singapura, Surga Belanja yang Tak Lagi Diminati

"Kalau misalnya Indonesia mulai menggarap produk-produk yang memiliki nilai kompetitif ini tidak harus bergantung dengan brand luar, artinya Indonesia memiliki basis produksi yang dapat juga menunjang pembesaran pasar ritel dalam negeri," ungkapnya.

Eni mengatakan bahwa salah satu barang produksi Indonesia dipasarkan di pasar ritel Singapura dengan merek dagang Singapura. Umumnya orang mengetahui produk tersebut adalah hasil produksi dalam negeri Singapura. Padahal, menurutnya Singapura tidak memiliki basis produksi dalam negeri.

Sehingga, Singapura bergantung pada pasokan produksi negara lain untuk mengisi pasar ritel dalam negerinya. "Artinya sebenernya yang punya kemampuan produksi kan Indonesia. Cuman Singapura kan menang di jasa, di merek dagang. Merek-merek dagang kan dikeluarkannya di Singapura," ucapnya.

Oleh karena itu, menurutnya, pengusaha di Indonesia harus bisa keluar dari ketergantungan brand-brand luar. Dia menekankan para pengusaha harus percaya diri kalau produk-produknya layak berkompetisi baik di dalam maupun luar negeri.

"Jadi, ini dua sisi. Kalau pemerintah misalnya memberikan kemudahan, misalnya dengan memberikan (dana) intensif kepada pengusaha lokal. Kemudian, brand-brand asing diberi hambatan-hambatan, seperti Non Tariff Barrier (NTB), pajak tinggi. Sedangkan, yang brand lokal tarif pajaknya dikurangi," sebutnya.

Jika begitu, menurutnya, ritel-ritel di Indonesia, terutama ritel modern, seperti swalayan, tidak bergantung dengan pasokan dan brand asing. Selain itu, dapat menarik brand-brand lokal untuk lebih berkreativitas.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya