Dolar Melemah Bikin Wall Street Menguat

Reaksi para pialang saham di Bursa Wall Street
Sumber :
  • AP Photo/Henny Ray Abrams

VIVA.co.id – Bursa saham Wall Street Amerika Serikat (AS) menguat pada penutupan perdagangan Rabu atau Kamis WIB, dengan saham Dow Jones industrial average (DJIA) berakhir di atas 18.000 untuk pertama kalinya sejak April. 

Rusuh di Gedung Kongres AS, Bursa Wall Street Malah Cetak Rekor Baru

Pelemahan dolar mengangkat sejumlah saham yang berhubungan dengan komoditas, demikian dilansir dari Reuters, Kamis 9 Juni 2016. Saham DJIA berakhir 66,77 poin, atau 0,37 persen menjadi 18.005,05, pertama penutupan di atas 18.000 sejak 27 April.

Indeks saham S & P 500 naik 6,99 poin, atau 0,33 persen, ke level  2.119,12, sementara Nasdaq Composite .IXIC menambahkan 12,89 poin, atau 0,26 persen menjadi 4.974,64.

IHSG Dibuka Melemah, Terseret Keoknya Wall Street dan Bursa di Kawasan

Indeks saham S & P 500 sektor pertambangan naik 0,6 persen menyusul kenaikan harga tembaga dan emas. Saham-saham energi berakhir rendah meskipun ada lonjakan harga minyak.

Melemahnya dolar cenderung menguntungkan perusahaan multinasional yang sebagian besar penjualan mereka berasal dari luar negeri.  "Melemahnya dolar memberi kekuatan pada harga komoditas," kata Michael James, Managing Direktur Perdagangan Wedbush Securities di Los Angeles. 

Bursa Wall Street Bergejolak Dapat Kabar Trump Positif COVID-19

Pejabat Bank Sentral AS atau Federal Reserve akan mengadakan pertemuan pada Selasa dan Rabu pekan depan. Bank Sentral diharapkan tidak mengubah suku bunga acuan, meski data pekerjaan pada Mei lalu hasilnya dinilai sangat mengejutkan. 

Di antara saham yang turun hari ini, saham VeriFone Systems (PAY.N) turun 24,7 persen menjadi US$21,27 setelah laba perusahaan lebih rendah dari target, sehingga mereka berniat untuk mengurangi jumlah pegawai dan melakukan tinjauan strategis untuk mengatasi bisnis yang berkinerja buruk.

Sekitar 6,5 miliar saham diperjualbelikan di bursa AS, di bawah 6,8 miliar rata-rata harian selama 20 hari perdagangan terakhir, menurut data Thomson Reuters.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya