Pengamat: Rupiah Akan Mengalami Tekanan hingga Tahun Depan

Rupiah Anjlok
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Pergerakan nilai tukar rupiah maupun Indeks Harga Saham Gabungan dalam beberapa hari terakhir cukup mengkhawatirkan, tercatat dalam beberapa minggu terakhir, rupiah maupun IHSG kompak mengalami tekanan yang cukup berarti.

Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI) Josua Pardede saat berbincang dengan VIVA.co.id, memperkirakan, mata uang Garuda masih akan mengalami tekanan hingga 2017 mendatang. Ketidakpastian ekonomi global, dianggap bakal menjadi pemicu utama.

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah masih betah di level Rp13.500. Mata uang Garuda berada di posisi Rp13.524 per dolar AS, sedikit menguat Rp58 dibandingkan posisi kemarin, yang berada di level Rp13.582 per dolar AS. “Pelemahan rupiah saya kira masih terjal hingga tahun depan,” ujar Josua, Jumat 2 Desember 2016.

Josua mengungkapkan, kebijakan presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump yang berencana melakukan ekspansi fiskal, masih dicermati oleh para investor. Sebab, hal tersebut akan memengaruhi arah kebijakan bank sentral AS (The Fed) ke depan.

Bank Indonesia, kata Josua, pun telah merevisi ke atas perkiraan langkah kebijakan moneter yang akan dilakukan The Fed, yang pada tahun depan diperkirakan akan menaikkan tingkat suku bunga acuannya tiga kali sepanjang tahun.

Sehingga, ada potensi dana yang selama ini bergentayangan di sejumlah negara kembali ke negeri Paman Sam, dan menguatkan dolar AS. Dengan penguatan tersebut, tentu memberikan sentimen kepada seluruh mata uang, tak terkecuali Indonesia.

“Belum lagi ketidakpastian politik di Eropa seperti negoisasi Brexit, dan pemilu di Prancis dan Jerman. Ketidakpastian ini mendorong arus modal ke negara safe haven (rendah pajak),” katanya.

Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia Hamdi Hassyarbaini menyampaikan hal senada. Menurut dia, sama sekali tidak ada jaminan pasti dana asing akan kembali menghampiri Indonesia pada 2017 mendatang. Hamdi menilai, derasnya dana asing yang keluar dari dalam negeri merupakan hal yang wajar. Namun, hal tersebut hanya bersifat sementara. Sebab, masih ada potensi dana-dana tersebut kembali menghampiri Indonesia.

Masih Loyo, Rupiah Dibuka Melemah Nyaris Tembus Rp 16 Ribu per Dolar AS

“Uang itu akan mengalir ke tempat yang lebih menarik. Return bagus, fundamental bagus, pasti asing balik. Uang itu tidak ada kewarganegarannya. Kemanapun yang menjanjikan, mereka balik,” ujarnya.

Meskipun IHSG sempat mengalami tekanan selama bulan lalu, namun Hamdi menegaskan, kinerja IHSG masih jauh lebih baik dibandingkan negara-negara lain. Posisi Indonesia, kata dia, berada di peringkat kedua setelah Thailand. “Jadi sepanjang menjanjikan, mereka akan kembali. Pada akhirnya mereka akan pindah ke negara yang lebih bagus,” katanya.

Rupiah Ambruk Pagi ini ke Rp 15.841 per Dolar AS

Sebagai informasi, tercatat sejak 8 November sampai 25 November 2016 lalu, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi sebesar 3,67 persen. Kendati demikian, pergerakan mata uang Garuda sepanjang tahun masih terapresiasi 1,63 persen.

Sedangkan pergerakan pasar saham domestik sejak 8 November sampai 25 November 2016, tercatat minus 6,5 persen. Meski begitu, secara year to date sejak awal hingga 25 November, kinerja pasar saham masih mencatatkan raihan positif karena tumbuh 11,3 persen.

Bank Indonesia Proyeksi Dolar AS Bakal Anjlok di Semester II-2024

(mus)

Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin (bps). Sehingga, suku bunga BI naik menjadi 6,25 persen.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024