Faktor Pendorong Stabilisasi Beras 2016

Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti (kanan).
Sumber :
  • ANTARA/Rosa Panggabean

VIVA.co.id – Pergerakan harga beras 2016, relatif stabil dibandingkan 2015, yang sempat mengalami kenaikan hingga 30 persen di awal 2015. Stabilisasi pada 2016 itu, dinilai ditunjang atas beberapa upaya Perum Badan Pusat Logistik, atau Bulog.

Harga Pangan Dunia Naik, Jokowi Bersyukur RI Termasuk yang Masih Rendah

Hal penunjang tersebut disebut Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, di antaranya, yaitu peningkatan kemampuan Bulog dalam menyerap gabah/beras sampai dengan akhir 2016.

Gabah/beras yang diserap mencapai 2,9 juta ton dari target 3,2 juta ton, atau 92,54 persen dari target rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP).

Harga Beras Ekspor Vietnam Berada di Posisi Teratas Dunia

"Hal ini berarti ada peningkatkan dibanding 2015, yang hanya mencapai 2,6 juta ton dari target 3,2 juta ton, atau 91,2 persen kemampuan penyerapannya," ujar Djarot di kantor Bulog Jakarta pada Selasa 31 Januari 2017.

Kemudian, dipengaruhi oleh adanya kegiatan operasi pasar cadangan beras pemerintah yang dilakukan Bulog, bersamaan dengan pengadaan pasar murah.

Daftar Harga Pangan 6 Mei 2024: Bawang Putih hingga Telur Ayam Naik

Meski, ia mengakui, adanya kesulitan untuk betul-betul menekan harga beras seperti sebelum terjadi kenaikan pada 2015. "Sudah terlanjur tinggi, susah turun. Tetapi, sekarang cukup stabil dengan memperbaiki keterjangkauan dan ketersediaan beras di daerah-daerah," ucapnya.

Selain itu, hal lain yang menunjang adalah sudah adanya kerja sama yang dibangun baik di 2016 oleh Bulog dengan mitra-mitra pengada beras di Tanah Air.

"Selama 2016, bicara intens untuk sama-sama menjaga harga, ketersediaan, dan keterjangkauan. Tanpa dukungan stakeholder lain, termasuk pemain usaha beras untuk sama-sama menjaga harga, maka akan sangat berat untuk Bulog menstabilkan harga. Ini pelajaran Bulog untuk bangun kemitraan serupa terhadap komoditi lain tahun ini," terangnya.

Pada 2017 ini, Bulog akan menggandeng kemitraan dengan para pelaku usaha pangan di komoditas pangan lainnya, di mana Bulog diberi tugas untuk berperan menjaga stabilitasnya seperti gula, daging.

"Kami sudah punya cukup ketersediaan (jagung, gula), aksi gerakan cukup pada 2016. Tetapi, belum sukses menjaga stabilitas harga, karena belum dibantu baik oleh stakeholder, pemain usaha gula dan jagung. Saat ini, kita sudah mau mulai berkomitmen menjaga bersama. Dua bulan ke depan harga diharapkan bisa sama-sama dijaga," ungkapnya.

Selanjutnya, ia mengungkapkan, untuk melakukan stabilisasi harga pada 2017, Bulog akan mengalokasikan Penyertaan Modal Negara (PMN) yang berjumlah Rp2 triliun, untuk membangun infrastruktur pangan Bulog yang masih minim.

"Saya sering dimarahi orang, karena tidak mau ambil gabah, jagung. Padahal, kita mau-mau saja ambil, karena tidak masuk akal Bulog tidak ambil barang dari petani. Tetapi, masalahnya Bulog temui beras, atau jangung itu kadar airnya masih tinggi. Sedangkan Bulog, belum miliki mesin drier yang memadahi. Yang ada, nanti barangnya kena penyakit," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya