Gojek Diprediksi Migrasi ke Bisnis Pembayaran Elektronik

Helm khas Gojek
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi Indonesia Danang Parikesit memprediksi Gojek bermigrasi dari bisnis layanan transportasi ke bisnis pembayaran elektronik atau e-payment.

Mantan Bos Gojek Bikin Motor Listrik, Ini Bocoran Wujudnya

Alasannya, basis konsumen yang telah diperoleh Gojek dapat menjadi modal besar untuk beralih ke bisnis pembayaran elektronik.

"Gojek yang dia push besar-besaran kan adalah Go-Pay-nya sekarang ini. Sehingga dengan hasil dia menambang di sektor transportasi, artinya dia akan punya basis konsumen yang cukup besar, basis member-nya lebih besar," kata Danang usai sebuah diskusi di Jakarta pada Rabu, 24 Januari 2018.

Vinfast Jadi Armada Andalan Taksi Online

Ia menyebut peluang pengembangan bisnis dengan platform pembayaran elektronik akan semakin besar. Gojek pun disebut akan bisa terlepas dari regulasi yang kerap mengekang di sektor transportasi.

"Karena kecenderungannya kan ini sudah mulai karena kompleksitas (di transportasi online) dan berbagai negara mulai sangat ketat aturannya. Mereka akan mengurangi aktivitasnya dan nafsunya untuk berinvestasi di sektor transportasi dan bergerak di sektor pembayaran elektronik," ujar dia.

Motif Sopir Taksi Online Peras Rp 100 Juta Penumpangnya, Kebelet Nikah Belum Ada Biaya

Semua perusahaan serupa seperti Grab dan Uber, kata Danang, akan mengarah ke bisnis itu. Namun dia menyebut Grab dan Uber belum memiliki platform pembayaran seperti Go-Pay.

"Mereka, Uber dan Grab, mesti mencari partner pihak ketiga yang boleh memiliki layanan pembayaran elektronik seperti e-money," ujarnya.

Alasan kuat yang mengindikasikan peralihan bisnis itu karena tekanan dari venture capital atau pemodalnya yang memandang sektor pembayaran elektronik akan lebih menguntungkan ketimbang hanya mengandalkan sektor transportasi.

"Tekanan venture capital-nya, ke perusahaannya bahwa mereka bisa dengan profit yang lebih tinggi dan semakin lama semakin tinggi, kalau di layanan transportasi kan akan membayar semakin tinggi," kata dia.

Hal semacam itu sudah terjadi di Amerika Serikat; pengemudi taksi online harus menyetorkan persentase pendapatan dengan porsi yang makin besar ke perusahaan yang mencapai 37 persen.

"Kalau kita ingat dulu di awal mereka (AS) kan mulai dari 10, 20, 30 persen, sekarang sudah 37 persen. Kalau di Indonesia kan mulai 30 persenan, ya, kira-kira. Dan ini kan naik terus," ujar dia.

Dengan peningkatan pembayaran setoran ke perusahaan, calon pengemudi diprediksi tidak akan banyak lagi yang berminat menjadi pengemudi taksi online.

"Para pengemudi baru enggak akan masuk lagi, dan itu saatnya mereka akan migrasi. Dengan sistem bisnis yang sekarang ini, akan imigrasi lebih kepada elektronik payment daripada layanan transportasi. Saya kira itu akan terjadi tiga tahun lagi mungkin," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya