Biaya Pencadangan Turun, Laba Bersih Perbankan Tumbuh 14-15%

Gedung Bank BTN
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Selama hampir tiga tahun terakhir, industri perbankan mengalami kontraksi, karena kondisi ekonomi global yang berdampak pada perekonomian domestik. Kredit yang biasanya selalu tumbuh dobel digit, hingga akhir tahun lalu masih tumbuh di bawah 10 persen.

Gara-gara Hal Ini, Nasabah Loyal BTN Meningkat 222 Persen

Namun, memasuki kuartal IV 2017, terlihat sinyal perbaikan melalui kenaikan harga komoditas dunia yang stabil naik.

Data yang dirilis  Otoritas Jasa Keuangan memperlihatkan, kredit hanya tumbuh 8,35 persen secara tahunan pada akhir tahun lalu, sejalan dengan rendahnya konsumsi masyarakat yang akhirnya tercermin pada pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan tumbuh hanya 5,1 persen sepanjang 2017, di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2017 sebesar 5,2 persen.
 
Menurut Senior Analis PT Bahana Sekuritas Henry Wibowo, seperti dikutip dari keterangannya, rendahnya penyaluran kredit pada tahun lalu, karena korporasi dan usaha kecil dan menengah (UKM) menahan diri untuk melakukan ekspansi usaha, sehingga permintaan kredit cukup rendah.

Laba Bersih BTN 2021 Naik 48,3 Persen, NPL Turun

Namun, tahun ini (2018), permintaan kredit diperkirakan akan berangsur membaik dengan pertumbuhan sekitar 10 persen, terutama berasal dari kredit infrastruktur oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Perkiraan ini, sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia yang memperkirakan kredit tumbuh sekitar 10 - 12 persen.
 
''Permintaan kredit investasi pada tahun ini akan beranjak naik, karena tahun ini adalah saat yang pas untuk melakukan berbagai aksi korporasi besar, sebelum memasuki Pilpres tahun depan (2019),'' papar Henry.

Kredit konsumer, khususnya yang berasal dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih akan tumbuh, diikuti dengan kenaikan kredit modal kerja, tambahnya.
 
Membaiknya pertumbuhan kredit, optimistis akan diikuti dengan meningkatnya kualitas kredit yang akan tercermin pada penurunan rasio kredit bermasalah, atau non performing loan (NPL), sehingga tren penurunan biaya pencadangan yang disisihkan industri perbankan untuk menutupi kredit bermasalah masih akan terus berlanjut sepanjang 2018. Apalagi, kenaikan harga komoditas yang diperkirakan bertahan pada tahun ini, akan memberi ruang bagi korporasi untuk menyelesaikan kredit bermasalahnya yang masih tersisa.
 
Turunnya biaya pencadangan akan berdampak positif bagi laba bersih perbankan. Sekuritas milik negara ini memperkirakan, laba bersih perbankan sepanjang 2018, bakal tumbuh sekitar 14 - 15 persen, lebih tinggi dari perkiraan rata-rata perusahaan di pasar dengan proyeksi earning per share (EPS) yang tumbuh sekitar 12 - 13 persen.
 
Pendapatan bunga bersih, atau net interest margin (NIM) perbankan pada tahun ini diperkirakan tumbuh lebih stabil dengan ekspektasi Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan BI  7-day Repo Rate pada tingkat 4,25 persen, atau ada kecenderungan naik mengikuti langkah The Fed untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Kinerja BTN Lampaui Industri Perbankan Kala Pandemi karena Ini

Rekomendasi saham

Dengan melihat perkiraan industri perbankan yang akan pulih sepanjang tahun ini, Henry merekomendasikan beli atas saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dengan target harga Rp8.500/lembar, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dengan target harga Rp10 ribu/lembar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dengan target harga Rp4.530/lembar, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dengan target harga Rp4.500/lembar.
 
Menurutnya, Bank Mandiri, BNI, dan BRI akan diuntungkan dari sejumlah proyek infrastruktur yang tengah digenjot oleh pemerintah, melalui BUMN konstruksi.

Bahana Sekuritas memperkirakan, laba bersih Bank Mandiri akan tumbuh paling tinggi, di antara empat bank terbesar lainnya dengan proyeksi sekitar 20 peren pada tahun ini, didorong oleh akselerasi pertumbuhan kredit dan normalisasi  biaya cadangan.
 
BNI memiliki exposure cukup besar untuk membiayai proyek infrastruktur berisiko rendah, serta perbaikan kredit bermasalah dalam dua tahun terakhir menjadi kunci sukses bagi perseroan untuk melaju sepanjang 2018.
 
BRI akan terus ditopang kuat oleh dominasi di bisnis kredit mikro dan payroll.  Sedangkan BTN sebagai bank pemerintah yang fokus membiayai perumahan kelas bawah dan menengah, masih akan membukukan kenaikan permintaan KPR pada tahun ini, seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya