- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Badan Pusat Statistik mencatat harga beras pada Januari 2018 menjadi penyumbang terbesar inflasi yang dicatat sebesar 0,62 persen. Namun, tren kontribusi beras sebagai faktor pendorong inflasi diyakini tidak akan berlanjut pada Februari 2018.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, harga beras memang cukup tinggi di awal Januari. Namun, pelan-pelan di akhir Januari sudah mengalami penurunan dan akan berlanjut pada Februari.
"Beberapa hari terakhir, karena panen di beberapa daerah, harga beras dan gabah menunjukkan penurunan. Februari panen akan bertambah, biasanya mencapai puncak di Februari dan Maret," kata Suhariyanto di kantornya, Kamis 1 Februari 2018.
Dengan begitu, pihaknya tentu berharap dan meyakini harga beras kembali dapat turun agar tak menjadi penyumbang terbesar dari inflasi.
"Jadi, kalau harga beras masih naik di Januari, memang belum musim panen. Tetapi, harga beras dan gabah di beberapa daerah sudah mulai menurun. Sehingga, kami harap di Februari tidak berkontribusi lagi," kata dia.
Sementara itu, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti pun meyakini dengan masuknya musim panen beras di Februari akan mendorong penurunan harga beras dan kontribusinya terhadap inflasi. Namun, Ia tak bisa memastikan apakah deflasi akan terjadi pada Februari 2018.
"Tren sebelumnya memang kalau Februari itu deflasi, tetapi kami enggak tahu gimana nanti. Tapi memang, beras itu memengaruhi. Biasanya, kalau panen yang paling besar yang memengaruhi deflasi, atau inflasi adalah beras," ujar dia.
Program Makan Siang Gratis Prabowo-Gibran Butuh 6,7 Juta Ton Beras per Tahun
Program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka diperkirakan membutuhkan 6,7 juta ton beras per tahunnya.
