Kurang Gencar di Perdagangan Bebas, Ekspor RI Loyo

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Pertumbuhan ekspor Indonesia pada 2017, yang kalah dari Vietnam dan Thailand, diduga karena tak optimalnya pemerintah menggencarkan kesepakatan zona perdagangan bebas, atau FTA dengan sejumlah negara tujuan ekspor.

Ada Konflik di Timur Tengah, Bos BI Pede Ekonomi RI Tetap Kuat

Menurut Sekretaris Jenderal Institut Lembang Sembilan (IL-9), Eva Kusuma Sundari, hal itu menjadi perhatian Wakil Presiden Jusuf Kalla menyikapi tidak optimalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun lalu.

"Kita syok, bagaimana pertumbuhan ekspor kita itu lambat dibanding negara yang lain, terutama Thailand dan Vietnam," ujar Eva, usai bertemu JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Kamis 8 Februari 2018.

Bea Cukai Lakukan Uji Coba Modul Vehicle Declaration dalam Sistem CEISA 4.0

Eva mencontohkan, untuk sejumlah komoditi, Indonesia terpaksa bergantung kepada Thailand untuk melakukan ekspor ke negara tertentu. Inefisiensi ekspor itu bisa dihindari, jika kesepakatan FTA Indonesia semakin luas.

"Hal itu membuat ada pengeluaran untuk biaya-biaya yang tidak perlu, sekaligus ekspor menjadi tidak cepat," ujar Eva.

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

Eva menyampaikan, selaku lembaga kajian, JK memiliki harapan supaya IL-9 memiliki peran untuk mengatasi masalah itu dengan lebih banyak melakukan kajian efisiensi dalam ekonomi.

Hal itu, lanjut dia juga perlu dilakukan untuk membuat 2018 yang merupakan tahun politik, tidak memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Itu tadi yang diingatkan Pak Wapres. Ada opportunity lost di dalam perekonomian akibat kita sibuk berpolitik yang kurang cerdas," ujar Eva.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) meski Indonesia capaiannya lebih rendah dari negara tetangga, namun sepanjang 2017, nilai ekspor RI tercatat meningkat 16,22 persen, yaitu sebesar US$168,73 miliar.

Sedangkan untuk ekspor non migas, tercatat meningkat 15,83 persen atau menjadi sebesar US$152,99 miliar. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya