Neraca Perdagangan Defisit Atasi dengan Diversifikasi Produk

Aktivitas bongkar muat petikemas
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dwi Royanto

VIVA – Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2018 mengalami defisit US$676 juta. Kondisi ini disebabkan defisit sektor migas sebesar US$860 juta.

BPS Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Neraca Perdagangan RI

Terkait hal ini, ekonom Bank UOB, Enrico Tanuwidjaja menilai, agar defisit tidak lagi terjadi, maka diversifikasi produk sangat perlu dilakukan.

Dia mengatakan, jika Indonesia masih menggantungkan produksi barang hanya di sektor komoditas mentah, neraca perdagangan akan masih mengalami defisit.

Neraca Perdagangan RI Februari 2022 Surplus US$3,83 Miliar

"Diversifikasi is the name of the game, bukan cuma Indonesia teman-teman, Saudi Arabia, Brunei Darussalam, mereka sudah mulai khawatir bukan saja harga minyak, tetapi juga cadangan minyaknya juga mulai tergerus. Apalagi, mesin-mesinnya itu kan mesti direjuvenasi," ujarnya.

Karenanya, kata dia, negara-negara tersebut sudah mulai mengembangkan sektor tersier, yakni sektor jasa, seperti tourism maupun blue colar workers.

BI: Neraca Pembayaran Indonesia Kuartal IV 2021 Defisit US$844 juta

Namun, menurutnya, Indonesia masih belum mampu untuk lompat dari eksportir barang-barang primer, seperti komoditas, ke sektor tersier tersebut, sebagaimana negara-negara di atas, karena infrastruktur Indonesia masih belum memadai. Pemerintah masih perlu mengandalkan sektor sekunder, yakni manufaktur.

"Jadi, tetap fokus di manufacturing itu harus tetap ada. Makanya, kalau saya punya prediksi dan analisis, programnya Pak Jokowi itu sudah betul, bangun jalan, bangun port, bangun seaport, airport itu kan menstimulir asing menaruh pabriknya di sini. Kenapa? Kita punya pangsa pasar itu 250 juta orang," papar Enrico.

Selain itu, dia mengutarakan, pada dasarnya industri-industri asing sudah siap menginvestasikan pembangunan pabriknya di Indonesia, seperti Honda, Mitsubishi, atau lainnya. Namun, mereka kini masih menunggu rampungnya infrastruktur yang sedang digodok pemerintah.

"Tapi tunggu apa? Tunggu jalannya rampung, nah ini sebenarnya lebih baik diberesin, maka mulai dah tuh Honda, Mitsubishi, dan sebagainya. Mereka sudah mulai ready produksi, mereka juga akan produksi local content-nya," tutur Enrico.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya