Rupiah Terus Melemah, Waspadai Risiko Krisis Keuangan

Nilai tukar Rupiah
Sumber :
  • ANTARA/Zabur Karuru

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepekan ini bertahan di atas Rp13.700. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, hingga kemarin, 8 Maret 2018, nilai tukar rupiah kembali melemah di level Rp13.774 dibanding hari sebelumnya yaitu Rp13.763.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Melihat tren rupiah yang sejak 28 Februari 2018 hingga saat ini melemah di level Rp13.700 ke atas, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menilai, risiko krisis keuangan bukan hal yang tidak mungkin bisa kembali terjadi. Apalagi, jika nilai tukar rupiah terus melemah hingga akhir tahun atau mencapai Rp14.000 per dolar AS.

Risiko tersebut didasari atas kondisi cadangan devisa Indonesia yang dinilai paling tidak siap jika dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Khususnya dalam menghadapi tekanan pelemahan nilai mata uang terhadap dolar AS.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

 Dolar AS dan rupiah.

Ilustrasi rupiah tertekan dolar AS

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

"Sekarang Indonesia menjadi salah satu negara dengan depresiasi kurs yang besar dibandingkan negara-negara berkembang. Artinya bukan lagi kita salahkan faktor global. Faktor globalnya kena semua negara iya, tapi Indonesia yang paling enggak siap," ujarnya saat dihubungi VIVA, Jumat 9 Maret 2018.

Untuk itu, Bhima menganggap, BI perlu mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga acuan 7-day Reverse Repo Rate 25-75 basis poin dengan maksud memberikan daya tarik bagi investor terhadap instrumen investasi BI.

"Jadi investor bisa lihat instrumen investasi BI menarik. Jadi tidak terjadi suatu kondisi kabur ke AS semua sekarang," kata Bhima.

Cadangan devisa tergerus

Bank Indonesia sebelumnya melaporkan, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2018 tercatat sebesar US$128,06 miliar dolar AS atau lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2018 yang sebesar US$131,98 miliar dolar AS. 

Tergerusnya cadangan devisa disebabkan adanya pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Serta dipengaruhi menurunnya penempatan valas perbankan di BI.

Cadangan Devisa Indonesia

Ilustrasi cadangan devisa RI

"Ini cadangan devisa sudah dikorbankan US$4 miliar untuk stabilisasi nilai tukar rupiah. Dari US$131,98 miliar, di Februari jadi cuma US$128 miliar. Jadi sampai kapan lagi cadangan devisa kita terkuras untuk stabilisasi nilai tukar ini," tambahnya.

Menurut Bhima, cadangan devisa Indonesia terhadap PDB terbilang paling rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Di mana cadangan devisa Indonesia hanya 14 persen terhadap PDB, sedangkan cadangan devisa Filipina bisa mencapai 28 persen terhadap PDB dan Thailand 58 persen terhadap PDB.

"Artinya kalau tekanan globalnya besar cadangan devisa kita akan terkuras. Kalau cadangan devisa terkuras maka kemampuan untuk menahan gejolak eksternal kita semakin rendah dan bisa jatuh ke krisis," ungkapnya.

Meski begitu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman mengatakan, posisi cadangan devisa itu cukup untuk membiayai 8,1 bulan impor atau 7,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Ini juga menurutnya berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

"BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan,” ujarnya melalui keterangan resmi beberapa waktu lalu. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya