Barang Konsumsi Bikin Bengkak Angka Impor Februari 2018

Kepala BPS Suhariyanto (Kiri).
Sumber :
  • Fikri Halim/VIVA.co.id

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, barang impor konsumsi mengalami peningkatan selama Februari 2018, di mana secara month to month barang konsumsi meningkat 1,36 persen, berbanding terbalik dengan barang impor bahan baku/penolong yang turun 7,74 persen dan barang modal turun 9,19 persen.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, barang impor konsumsi ini utamanya didominasi oleh beras putih senilai US$130 juta, atau dengan volume 272.892 ton. Beras ini berasal dari Vietnam dan Thailand, serta Jeruk Mandarin dengan jenis kino dari pakistan senilai US$19,8 juta.

"Jadi itu barang konsumsi yang menyebabkan kenaikan impor," ujarnya di Kantor BPS, Jakarta, Kamis 15 Maret 2018.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Meski demikian, Suhariyanto mengatakan, peningkatan barang impor konsumsi ini masih rendah kontribusinya terhadap total impor nasional, di mana dominasi terbesarnya masih dipengaruhi dari impor bahan baku dan penolong 74,43 persen.

"Sebenarnya kalau beras itu memang diputuskan untuk menambah stok, kita masih butuh beras untuk rastra. Kebetulan cuaca tidak terlalu bagus sehingga produksi kemarin kurang bagus karena cuaca, sehingga harga beras meningkat sejak September," ujarnya memaparkan.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Aktivitas bongkar muat beras impor asal Vietnam di atas kapal

Ilustrasi beras impor dari Vietnam.

Selain beras putih dan jeruk mandarin, BPS mencatat barang impor konsumsi dengan nilai tertinggi di antaranya gula US$94,3 juta dengan volume 228 ribu ton yang mayoritas berasal dari Thailand, kedelai US$55,6 juta dengan volume 132.427 ton yang mayoritas berasal dari Amerika Serikat.

Selain itu, juga ada daging jenis lembu US$22,9 juta dengan volume 7.242 ton yang mayoritas berasal dari Australia, serta jagung US$10,7 juta dengan volume 52.490 ton yang mayoritas berasal dari Brazil.

Suhariyanto menambahkan, peningkatan impor barang konsumsi tersebut terbilang wajar pada bulan ini, mengingat bulan puasa akan segera tiba. "Memang ada beberapa barang konsumsi yang meningkat jelang puasa." (mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya