Ekonomi RI Terpusat di Jawa, Menteri Bambang Sebut Tak Adil

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bambang Brodjonegoro.
Sumber :
  • raudhatul zannah/viva

VIVA – Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pembangunan pusat pertumbuhan ekonomi baru saat ini perlu dilakukan pemerintah.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Sebab, saat ini, hanya Jawa yang masih mendominasi kontribusi ekonomi terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 58 persen, sehingga pergerakan ekonomi tersentralisasi di tengah. 

Dia menjelaskan, dampak dari terpusatnya Jawa sebagai penggerak ekonomi adalah kepadatan penduduk yang terus memburuk, sehingga persoalan seperti semakin hilangnya pemilikan lahan dan kemacetan sulit dihilangkan.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

"Karena penduduk bertumpuk di pulau Jawa, maka menimbulkan berbagai masalah, seperti kemacetan, serta minimnya pemilikan lahan yang rata-rata sekarang di bawah setengah hektare per petani di pulau Jawa," kata Bambang di kantornya, Kamis 22 Maret 2018.

Hal ini diperburuk dengan luas wilayah pulau Jawa yang secara kasat mata lebih kecil dari pulau-pulau lain seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

"Itu, tentunya relatif menjadi kurang adil kalau melihat bahwa pulau Jawa secara wilayah sebenarnya tidak terlalu luas," tegasnya.

Karena itu, menurutnya, Bappenas saat ini tengah mencari cara agar pengembangan pusat pertumbuhan di pulau-pulau lain bisa dilakukan agar pemerataan ekonomi bisa tercipta dan ketimpangan kelompok pendapatan antardaerah bisa direduksi.

Meski begitu, kata dia, menciptakan pemerataan memang sulit dilakukan ketimbang menciptakan pertumbuhan ekonomi. Karena, hingga saat ini, di pulau-pulau lain di luar Jawa masih banyak yang kota-kotanya tertinggal, karena tidak adanya pemerataan pembangunan infrastruktur.

"Memeratakan itu, kalau boleh saya simpulkan itu lebih sulit dari pada menciptakan pertumbuhan. Karenanya, harus ada upaya lebih di dalam pemerataan itu sendiri," tegasnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya