Beda Milenial dan Berumur soal Rumah

Ilustrasi pameran properti.
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVA – Minat masyarakat terhadap sektor properti di Indonesia, sebagian besar masih merupakan pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal. Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1-2018, menunjukkan fakta tersebut bahwa calon pembeli properti lebih banyak berasal dari kalangan yang hendak membeli rumah pertama mereka untuk ditinggali.

Melantai di Bursa New York, PropertyGuru Raup Dana Segar US$254 Juta

Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1-2018 ini ditujukan untuk mengetahui respons pasar dari sisi permintaan, sekaligus untuk menciptakan transparansi informasi untuk konsumen.

Survei Rumah.com Property Affordability Sentiment Index H1-2018 yang diselenggarakan Rumah.com bersama Iembaga riset Intuit asal Singapura ini menunjukkan bahwa sebanyak 62 persen responden merupakan pencari rumah pertama dan upgrader, atau orang yang pindah ke rumah dengan kualitas yang lebih baik, bisa dari segi ukuran maupun lokasi.

Menerawang Efektivitas Perpanjangan Insentif PPN DTP Sektor Perumahan

Sementara itu, hanya 17 persen yang merupakan investasi. Sisanya, mencari properti untuk tempat usaha.

Tujuan membeli properti ini, berkaitan erat dengan usia dan penghasilan para responden, di mana responden milenial lebih banyak berada dalam kategori pembeli rumah pertama, sedangkan para investor berasal dari responden yang lebih berumur.

Dijual hingga Rp15 Miliaran, 486 Unit di Cluster Ini Laku dalam 2 Hari

Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan, seperti dari keterangannya, Kamis 29 Maret 2018, menjelaskan bahwa biaya yang diperlukan untuk masuk ke pasar properti itu tinggi, kebanyakan masyarakat Indonesia menempatkan alasan pertama untuk membeli rumah adalah sebagai tempat tinggal.

Inilah yang ada di benak para konsumen muda, yang rata-rata masih menata keuangannya. Seiring waktu, saat keuangan sudah lebih baik, konsumen mulai berpikir untuk berinvestasi

“Sentiment Index ini menunjukkan bahwa konsumen properti cukup positif melihat properti. Sehingga, meskipun Sentiment Index menunjukkan ketertarikan terhadap investasi tidak tinggi, perilaku pasar terhadap properti masih normal," kata Ike.

Ilustrasi pameran properti di JCC.

Hasil survei ini juga menunjukkan bahwa milenial muda berusia 20-29 tahun, yang berniat membeli rumah pertama sebanyak 69 persen dan hanya 12 persen yang berniat untuk investasi. Sementara itu, milenial tua (30-39 tahun), 48 persen mencari rumah pertamanya dan 21 persen berniat untuk investasi. Investor properti paling banyak berasal dari golongan usia di atas 49 tahun, yakni sebesar 33 persen dan hanya 16 persen yang masih akan membeli rumah pertamanya.

Sementara itu, jika dilihat dari penghasilannya, 59 persen responden berpenghasilan di bawah Rp7 juta, berniat membeli rumah pertama mereka dan 12 persen berniat investasi. Dari kalangan berpenghasilan menengah (Rp7 juta-Rp15 juta), 47 persen masih mencari rumah pertama, sedangkan 23 persen sudah berani untuk berinvestasi. Dari kalangan berpenghasilan tinggi (di atas Rp15 juta), sebesar 47 persen berniat berinvestasi di bidang properti.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan bahwa perilaku investasi masyarakat masih dipengaruhi kondisi nasional, terutama situasi politik menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Kondisi ekonomi makro saat ini stabil meski cenderung flat. Arah kebijakan suku bunga masih stabil, tetapi ruang penurunannya masih terbatas. Namun demikian, stabilitas tersebut  mengindikasikan ada harapan untuk menjadi lebih baik.

"Konsumen properti, terutama dari kalangan investor, masih dalam posisi wait and see. Mereka menunggu situasi politik dan kondisi ekonomi makro. Masyarakat lebih memilih untuk menabung ketimbang investasi. Sedangkan permintaan hunian saat ini, lebih banyak berasal dari hunian sedang, ukuran luas 22-70 meter persegi. Permintaan ini lebih banyak dari kalangan pembeli yang memang benar-benar sedang membutuhkan rumah untuk ditinggali," jelas Josua.

Harga properti naik

Berdasarkan data dari Rumah.com Property Index, harga properti terus mengalami kenaikan sejak akhir 2016 silam. Pasar properti sempat mengalami kelesuan pada akhir 2016, sebagai dampak dari faktor ekonomi secara keseluruhan yang turut dipengaruhi kondisi ekonomi global. Namun, optimisme tersebut berangsur pulih. Ini tercermin dalam pergerakan data Rumah.com Property Index hingga akhir Februari 2018.

Data Rumah.com Property Index ini memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia, karena merupakan hasil analisis dari 400 ribu listing properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya.

Secara kuartalan, index harga properti naik 2,6 persen pada kuartal pertama (Q1) 2018, dibanding Q4 2017. Sementara itu, secara tahunan, index harga properti naik 4,5 persen pada Q1 2018 dibanding Q1 2017.

Country Manager Rumah.com, Marine Novita menjelaskan bahwa dinamika pasar properti nasional berdasarkan data Rumah.com Property Index menunjukkan optimisme yang tinggi. Index saat ini, bahkan menjadi yang tertinggi selama dua tahun terakhir.
 
"Properti adalah salah satu instrumen investasi dengan risiko rendah dan keuntungan yang menjanjikan, khususnya di Indonesia. Prediksi bonus demografi, menggelembungnya penduduk usia produktif, yakni 15-64 tahun hingga tahun 2030 nanti, bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam pasar properti. Usia target pasar properti berada di dalam rentang usia produktif ini," ujar Marine.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya