Biaya Logistik RI Masih 25-30 Persen dari Nilai Barang

Dua pekerja di Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Priok tengah melintas dengan sepeda motor.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

VIVA – Importir mengeluhkan masih tingginya biaya logistik, meskipun pemerintah telah berupaya menurunkan waktu tunggu barang di pelabuhan, atau dwelling time. Saat ini, bongkar muat di pelabuhan diklaim paling lama tiga hari.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Ketua Umum Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Anthon Sihombing mengatakan, saat ini, biaya logistik di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Bahkan, dia menyebut, biaya logistik Indonesia mencapai hingga 25-30 persen dari total nilai barang. 

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

"Dwelling time belum ini selaras, meski sudah di bawah tiga hari, tapi cost logistik belum turun," kata Anthon di Jakarta, Selasa 3 April 2018. 

Dia, bahkan mengungkapkan, biaya logistik di pelabuhan Indonesia merupakan yang tertinggi se-ASEAN. Bahkan, dengan negara sekelas Vietnam, biaya logistik Indonesia masih kalah murah. 

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

"Kami itu, cost logistik kita itu termasuk tertinggi di ASEAN. Kami masih lebih tinggi, bahkan termasuk dengan Vietnam," ujarnya.

Tumpukan kontainer di Pelabuhan Mariel, Havana, Kuba

Ilustrasi peti kemas di pelabuhan

Dia mengatakan, jika biaya logistik di pelabuhan naik dan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga melemah, akan berdampak berdampak besar kepada dunia usaha di Indonesia. Karena itu, pemerintah harus terus mendorong ditekannya biaya logistik ini.

"Seperti di Indonesia, 57 persen bahan baku itu impor, kalau dalam satu tahun rupiah melemah 10 persen berarti harga naik bisa 5-6 persen, belum lagi ditambah cost pelabuhan yang tinggi," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya