Benarkan Perbankan Kuat Hadapi Gejolak Global, Ini Kata OJK

Ilustrasi perbankan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA – Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mengungkapkan, industri perbankan Indonesia saat ini terbilang solid dan memiliki ketahanan yang kuat dalam menyikapi tekanan dari gejolak perekonomian global.

Waspadai Dampak Ekonomi Politik atas Serangan Iran ke Israel

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan, Heru Kristiyana, menjelaskan, hal itu didasari atas kinerja perbankan yang pada Maret 2018 menorehkan nilai-nilai yang baik dalam setiap indikatornya.

"Maret kondisinya bagus dan rasanya memang seperti itu," ujarnya di Menara Radius Prawiro, Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Kamis 26 April 2018.

7 Negara Ekonomi Terbesar di Dunia Tahun 2050, Peringkat Indonesia Gak Main-main!

Dia menjabarkan, hal itu dapat dilihat dari rasio-rasio keuangan perbankan yang menunjukkan hal positif, antara lain terlihat dari permodalan dan likuiditas yang kuat, dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang mencapai 22,67 persen.

Selain itu, profitabilitas perbankan yang juga terjaga dengan Return on Assets (ROA) sebesar 2,55 persen, serta ditopang oleh perbaikan efisiensi yaitu rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yang menurun ke level 78,76 persen.

BI Sebut Perlambatan Ekonomi 2024 Dipengaruhi Negara-negara Eropa dan China

"(Pelaku) industri perbankan mengatakan kepada saya, saya tidak khawatir dengan likuiditas saya. Jadi kan terbukti di lapangannya seperti itu," ujarnya.

Gedung Otoritas Jasa Keuangan.

Dia menambahkan, kinerja intermediasi perbankan juga terus menunjukkan tren pertumbuhan yang relatif moderat, tercermin dari penyaluran kredit pada Maret yang mampu tumbuh sebesar 8,54 persen yoy.

Lalu, kredit kelompok bank BUKU 1 dan BUKU 3 yang mampu tumbuh di atas 10 persen, serta pertumbuhan kredit BUKU 1 sebesar 12,23 persen yoy dan BUKU 3 sebesar 10,33 persen.

"Secara bulanan, pertumbuhan kredit pada Maret 2018 cukup signifikan dan merupakan tertinggi dalam empat tahun terakhir. Hal ini menyebabkan pertumbuhan kredit yang positif, lebih baik dibanding tahun lalu," paparnya.

Heru juga mengatakan, di tengah perkembangan intermediasi keuangan tersebut, risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas berada pada level yang manageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan menunjukkan perbaikan, dengan tercatat sebesar 2,75 persen.

"Kita lihat juga NPL (non-performing loan) yang mencapai 2,75 persen, atau menurun dari sebelumnya 3,04 persen. Ini bagus, kan prestasi," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya