Mengintip Lapangan Duri, 77 Tahun Jadi Tulang Punggung RI

Ilustrasi/Pekerja di tempat pengeboran minyak dan gas.
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA – Di usia yang menginjak 77 tahun, Lapangan Duri di Riau mampu bertahan sebagai salah satu penopang produksi minyak Indonesia. Hal itu lantaran teknologi injeksi uap (steam flood) yang membuat produksi Lapangan Duri lima kali lebih banyak dibandingkan teknologi konvensional.

Jajaki Potensi Blok Migas Internasional, Pertamina Gandeng ENI

“Teknologi injeksi uap di lapangan tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia,” ujar Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs Chevron, Yanto Sianipar, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 2 Mei 2018.

Ia mengatakan, keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. Chevron terus berinvestasi dalam pengembangan teknologi pencarian minyak maupun enhanced oil recovery (EOR) guna mengoptimalkan tingkat perolehan minyak.

ESDM Tetapkan Petronas Pemenang Lelang Blok Migas di Papua Barat, Ada Potensi 6,8 Miliar Barel

Lapangan Duri sendiri termasuk wilayah kerja Blok Rukan di Riau yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Lapangan tersebut ditemukan pada 1941 dan baru berproduksi pada 17 tahun berselang, yakni pada 1958.

"Setelah melewati titik puncak produksi dari fase primer sebanyak 65 ribu barel per hari pada 1965, produksi Lapangan Duri menurun secara alamiah sering penurunan tekanan di dalam reservoar," katanya.

5 Blok Migas Belum Laku Dilelang di 2023, ESDM Siapkan Mekanisme Penawaran Langsung

CPI memulai proyek percontohan injeksi uap di Lapangan Duri pada 1975. Sepuluh tahun kemudian, teknologi ini diterapkan dalam skala besar dan mampu menaikkan produksi hingga mencapai 300 ribu barel per hari pada 1993.

Hingga saat ini, Lapangan Duri telah menghasilkan lebih dari 2,6 miliar barel. CPI terus mengembangkan lapangan ini untuk menjaga kontribusi Lapangan Duri terhadap produksi nasional. Dua pengembangan terakhir adalah North Duri Area 12 dan 13 yang masing-masing menghasilkan produksi perdana pada 2008 dan 2013.

Proyek IDD

Stasiun pengisian bahan bakar Chevron

Chevron juga terus berkomitmen mendukung Indonesia dalam mengembangkan sumber daya energi, baik di darat maupun lepas pantai. Tahap pertama Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD), pengembangan Lapangan Bangka, telah berproduksi sejak Agustus 2016 dan menghasilkan delapan kargo gas alam cair (LNG) yang dikapalkan dari Terminal LNG Bontang, Kalimantan Timur.

Tahap kedua Proyek IDD, pengembangan Gendalo-Gehem, memberikan peluang nyata untuk memaksimalkan nilai dari aset-aset gas laut dalam ini bagi seluruh pemangku kepentingan.

Chuck Taylor, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit, menambahkan, studi dan konsep kelayakan pekerjaan keteknikan dan desain, atau pre-Front End Engineering and Design, atas proyek IDD yang telah dimulai pada Desember 2017, berjalan dengan baik.

Optimalisasi konsep pengembangan dan dasar penyederhanaan rancangan menunjukkan pengembangan modal dan pengurangan biaya operasional yang signifikan.

“Kami berupaya untuk menyelesaikan studi-studi ini sesegera mungkin dan akan terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan proyek strategis ini ke tahap selanjutnya,” katanya.

Chevron memegang 63 persen saham kepemilikan di Proyek IDD (secara agregat), bersama mitra joint venture lainnya, yaitu ENI, Tip Top, Pertamina Hulu Energi, dan par mitra Muara Bakau.

Chevron merupakan salah satu perusahaan energi terintegrasi terdepan di dunia dan melalui anak-anak perusahaan di Indonesia telah beroperasi di negeri ini selama 94 tahun.

Dalam mengoperasikan blok migas, Chevron bekerja di bawah pengawasan SKK Migas berdasarkan kontrak kerja sama atau production sharing contract (PSC). (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya