Dolar AS Hampir Rp14.000, BI: Jangan Panik

Bank Indonesia.
Sumber :
  • REUTERS/Fatima El-Kareem

VIVA – Penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang mendekati Rp14.000, terus mendorong Bank Indonesia mencermati secara insentif pergerakannya. Hal itu dilakukan agar volatilitasnya tidak terlempar secara tajam.

Bank Indonesia Naikkan BI Rate Jadi 6,25 Persen Demi Stabilkan Rupiah

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, saat ini pihaknya terus melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah, dengan terus mencermati dinamika global maupun domestik. Meski begitu dia mengungkapkan, semuanya masih terkendali dan aman.

"Saya giat-giatnya stabilisasi kurs, dari pagi dan sore kita cermati dinamika global dan dinamika domestik. Dan sampai sejauh ini semua terkendali, jangan ada panik, jangan ada yang membangun pesimisme, semua masih stabil," ujarnya di Gedung BI, Jumat 4 Mei 2018.

Hasil Uji Ketahanan OJK: Perbankan Masih Bisa Mitigasi Pelemahan Rupiah

Nanang menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah sejauh ini memang masih dipicu oleh data-data perbaikan ekonomi Amerika Serikat. Yang kemudian juga didorong data-data pertumbuhan negara-negara maju seperti Inggris, Uni Eropa, maupun Jerman yang tidak sesuai dengan harapan.

"Kegiatan ekonominya tidak sesuai dengan apa yang diperkirakan, atau belum pulih secara kuat. Sehingga dolar Amerika menjadi kuat secara global," tegasnya.

Rupiah Amblas ke Rp 16.270 per Dolar AS Pagi Ini

Menurut Nanang, hal ini dibuktikan dari akan terus meningkatnya ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga AS yang mencapai lebih dari 3 kali, yield US treasury bond yang kini ada di kisaran 2,69 persen, serta rilis the Fed yang cenderung less dovish dengan mengatakan arah inflasi AS ke depannya kemungkinan akan bergerak simeteris.

Nilai tukar Rupiah

Rupiah dan dolar AS

"Ekonomi Amerika memang sebuah keniscayaan sedang menunjukkan penguatannya. Jadi semuanya memang mengalami tekanan, tapi ingat kita tidak sejelek negara lain," tegasnya.

Dia menjabarkan, secara persentase pelemahan nilai tukar rupiah dalam 5 hari terakhir hanya mencapai 0,7 persen, masih jauh dibanding Argentina sebagai negara yang mengalami pelemahan terburuk sebesar 8,21 persen.

"Jadi jangan terlalu dikhawatirkan dengan Rp14.000. Seolah-olah kita sampai Rp14.000 kita akan sampai kesulitan yang besar. Itu psikologis aja. Karena domestik kita bagus bagus aja," tegasnya.

Karenanya dia kembali menegaskan, bahwa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar jangan dilihat dari nominalnya melainkan berdasarkan volatilitasnya. Sebab, besaran nilai tukar rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia.

"Jadi perubahan depresiasi rupiah tidak banyak, tapi sayangnya orang hanya melihat levelnya. Padahal pada saat dulu dari Rp12.000 ke Rp13.000 kita biasa-biasa aja,” tegasnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya